Upacara Adat Suku Bugis – Provinsi Sulawesi Selatan, atau khususnya Suku bugis memiliki cukup banyak tradisi upacara yang cukup unik.
Namun sayangnya, semua tradisi yang khas ini, mulai tergusur keberadaannya, walaupun masih terus berlangsung hingga saat ini.
Nah, upacara adat Suku Bugis apa sajakah yang cukup menarik tersebut?. Yuk kita lihat daftar beserta ulasannya di bawah ini.
Baca Juga:
1. Sigajang Laleng Lipa, Upacara Adat Suku Bugis
Upacara adat Suku Bugis ini bernama Sigajang Laleng Lipa atau Tarung Sarung, yang merupakan tradisi bagi kaum pria Bugis, saat ingin menyelesaikan masalah.
Bentuk dari tersebut merupakan pertarungan antar dua pria, namun akan melakukannya dengan menggunakan sarung.
Tradisi ini sudah berlangsung sejak masa kerajaan Bugis dahulu. Umumnya, upacara ini merupakan upaya terakhir, dalam menyelesaikan suatu masalah adat yang tidak dapat terselesaikan.
Walaupun nyawa yang menjadi taruhannya, masyarakat Suku Bugis tetap memiliki cara khusus, untuk dapat menyelesaikan permasalahannya dengan bijak.
Makna filosofinya dari acara ini adalah, agar suatu masalah dapat solusi terbaik diselesaikan tanpa kekerasan.
Penyelesaian tersebut akan berjalan secara musyawarah, dengan melibatkan dua belah pihak yang bermasalah, dan dewan adat.
2. Pindah Rumah
Saat akan pindah rumah, biasanya setiap orang akan sibuk berkemas, dan memindahkannya ke tempat baru.
Namun tidak begitu halnya dengan Suku Bugis, yang memiliki tradisi sendiri dalam pindah rumah.
Alih-alih hanya memindahkan barang, masyarakat suku tersebut justru akan memindahkan
rumah yang sebenarnya tanpa perlu repot membongkar. Tradisi ini adalah Mappalette Bola, yang akan melibatkan hingga ratusan warga, untuk memindahkan rumah ke lokasi yang baru.
3. Massallo Kawali
Tradisi dari tanah Suku Bugis atau Upacara Adat Suku Bugis yang masih sering dilakukan adalah acara Massallo Kawali,atau bermain gobak sodor, dengan menggunakan badik, atau semacam senjata tajam.
Namun uniknya, Badik tersebut adalah asli, dan bukan imitasi. Sebelum melaksanakan tradisi ini, terdapat upacara ritual khusus, yang harus dilakukan.
Hal tersebut untuk menghindarkan semua peserta dan penontonnya, dari semua hal buruk yang bisa saja terjadi.
Atraksi Massallo Kawali ini, bisa juga menyimbolkan semangat para Suku Bugis. Terutama dalam hal mempertahankan martabat, dan melindungi tanah kelahiran, dari musuh.
4. Songkabala, Upacara Adat Suku Bugis
Upacara tolak bala masih menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi masyarakat Suku Bugis.
Alam yang menjadi tempat tinggal dan ladang mencari nafkah bagi mereka, tetaplah harus terhindar dari seluruh bencana alam dan wabah.
Dalam setiap upacara tolak bala terdapat persembahan sebagai perantara, antara harapan dan doa, dan antara manusia dengan Sang Pencipta.
Persembahan tersebut juga sebagai “sarana negosiasi spiritual” dengan para entitas, agar tidak mengganggu kehidupan mereka di Bumi.
Upacara Adat Suku Bugis atau Songkabala biasanya berlangsung pada sore hari, menjelang waktu shalat magrib. Hal ini selaras dengan kepercayaan Suku Bugis.
Mereka percaya, bahwa pergantian waktu menuju terbenamnya matahari, adalah saat para makhluk tak kasat mata berkeliaran.
5. Pernikahan Upacara Adat Suku Bugis
Adat pernikahan masyarakat Suku Bugis, terdiri dari serangkaian upacara dan prosesi. Deretan acara memiliki filosofi tersendiri, agar pernikahan menjadi lebih sakral dan istimewa.
Upacara pernikahan tersebut adalah Mappabotting, yang artinya melaksanakan upacara perkawinan.
Namun dalam prosesi upacaranya, banyak sekali hal menarik di dalamnya:
Mappasideppe Mabelae
Yaitu prosesi untuk menyatukan dua keluarga
Mammanu-manu
Prosesi yang melambangkan masa penjajakan.
Mappaci atau Tudemmpenni
Suatu prosesi mensucikan diri pada malam menjelang hari pernikahan. Pada malam ini, semua undangan akan berdoa bagi mempelai.
Di dalamnya terdapat juga tradisi memoles pacci atau daun pacar, pada kedua telapak tangan mempelai.
Bosara
Sepanjang prosesi sebelum dan sesudah pernikahan, keluarga mempelai akan menyuguhkan berbagai macam kue-kue khas Bugis.
Semua makanan manis ini sebagai simbolik, agar kehidupan mempelai selalu harmonis hingga akhir.
Mereka akan meletakkan semua makanan tersebut dalam Wadah yang disebut Bosara, sebagai bentuk penghormatan tuan rumah terhadap tamu.
Songko To Bone
Istilah ini adalah semacam seragam bagi para keluarga kaum laki-laki, yang terbuat dari pelepah daun lontar.
Semua kaum pria, wajib menggunakan Songko to bone, jika ada acara penting.
Mappasikarawa atau Mappasiluka
Setelah akad nikah selesai, mempelai pria akan menuju kamar mempelai wanita, dan melakukan prosesi Ipakasirawa atau sentuhan.
Bagi Suku Bugis, prosesi ini sangat penting, karena keberhasilan rumah tangga tergantung dari sentuhan pertama mempelai pria.
Mempelai pria dapat menyentuh bagian tubuh tertentu dari mempelai wanita, yang memiliki makna tersendiri.
Setelah prosesi berakhir, kedua mempelai keluar dari kamar, untuk bersujud kepada para orang tua.
Baca Juga:
Nah Sobat, ternyata banyak hal menarik dari semua upacara adat Suku Bugis ini, yang dapat memperkaya pengetahuan kita. Semoga dapat bermanfaat ya!
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.