Cerita Rakyat Dari Sumatera Selatan – Sumatera Selatan juga menyimpan cerita atau legenda rakyat yang mungkin belum kalian ketahui sebelumnya.
Beberapa cerita rakyat dari Sumatera Selatan ini sangat beragam, menginspiratif dan asyik untuk diikuti.
Inilah 4 cerita rakyat dari Sumatera Selatan yang terkenal:
1. Legenda Pulau Kemaro
Cerita Rakyat Dari Sumatera Selatan yang pertama adalah Legenda Pulau Kemaro .
Siti Fatimah adalah putri kesayangan Raja Sriwijaga. Parasnya cantik jelita, dan sikapnya ramah pada semua orang.
Tak heran, banyak pemuda yang menaruh hati dan ingin menjadikannya istri.
Suatu hari, seorang putra mahkota dari negeri China datang ke Kerajaan Sriwijaga.
Ketika mereka sedang berbincang-bincang, masuklah Siti Fatimah ke ruangan itu. Tan Boen An terkesiap dan jatuh cinta pada Fatimah.
Beberapa bulan kemudian, Tan Boen An memberanikan diri untuk melamar Siti Fatimah.
Raja meminta Tan Boen An untuk menyediakan sembilan guci berisi emas sebagai mas kawin.
Tan Boen An menyetujui permintaan tersebut. Karena itu, ia menulis surat pada orangtuanya dan menyuruh seorang utusan untuk pulang ke negeri China.
Akhir kisah Fatimah menceburkan diri ke dalam laut dan selang beberapa saat muncullah tumpukan tanah di tepi Sungai Musi.
Lama kelamaan tumpukan itu menjadi sebuah pulau. Masyarakat setempat menyebutnya Pulo Kemaro.
Pulo Kemaro dalam bahasa Indonesia berarti Pulau Kemarau.
Dinamakan demikian, karena pulau tersebut tidak pernah digenangi air walaupun volume air di Sungai Musi sedang meningkat.
2. Kisah Pengorbanan Putri Kemarau
Cerita Rakyat Dari Sumatera Selatan selanjutnya adalah tentang Kisah pengorbanan Putri Kemarau.
Putri Jelitani adalah seorang putri raja di sebuah kerajaan di daerah Sumatra Selatan.
Suatu ketika, negeri sang Putri dilanda kemarau yang amat panjang.
Singkat cerita, Putri Kemarau kemudian menyarankan Ayahnya agar seluruh rakyat negeri itu melakukan upacara berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
Maka, berkat doa bersama tersebut, Putri Kemarau pun mendapat petunjuk melalui mimpinya.
Dalam mimpi itu, sang Putri didatangi oleh ibundanya.
Akhir kisah, bersamaan dengan terceburnya tubuh sang Putri ke dalam air laut, langit menjadi mendung.
Petir menyambar-nyambar dan hujan pun turun dengan lebatnya. Dalam waktu singkat, seluruh wilayah negeri itu pun digenangi air.
Tentu saja hal itu menjadi pertanda bahwa tumbuh-tumbuhan akan kembali menghijau dan tanah menjadi subur.
baca juga :
- 6 Pakaian Adat Sumatera Selatan ang masih digunakan
- inilah 6 Tari Adat Tradisional Sumatera Selatan yang indah
3. Asal Mula Nama Palembang
Alkisah ketika Putri Ayu Sundari dan pengiringnya masih berada di Bukit Seguntang Mahameru.
Di sana ada sebuah kapal yang mengalami kecelakaan di pantai Sumatra Selatan.
Tiga orang kakak beradik itu ada*lah putra raja Iskandar Zulkarnain. Mereka selamat dari kecelakaan dan terdampar di Bukit Seguntang Mahameru.
Mereka disambut Putri Ayu Sundari. Putra tertua Raja Iskandar Zulkarnain.
Sang Sapurba kemudian menikah dengan Putri Ayu Sundari dan kedua saudaranya menikah dengan keluarga putri itu.
Karena Bukit Seguntang Mahameru berdiam di Sungai Melayu, maka Sang Sapurba dan istrinya mengaku sebagai orang Melayu.
Anak cucu mereka kemudian berkembang dan ikut kegiatan di daerah Lembang. Nama Lembang semakin terkenal.
Kemudian ketika orang hendak ke Lembang selalu mengatakan akan ke Palembang.
Kata pa dalam bahasa Melayu tua menunjukkan daerah atau lokasi dan pertumbuhan ekonomi semakin ramai.
Sungai Musi dan Sungai Musi Banyuasin menjadi jalur per*dagangan kuat terkenal sampai ke negara lain. Nama Lembang pun berubah menjadi Palembang.
4. Kisah Raden Alit dan Dayang Bulan
Cerita Rakyat Dari Sumatera Selatan yang juga sangat terkenal adalah legenda Kisah Raden Alit dan Dayang Bulan.
Raja Tanjung Kemuning, Sumatera Selatan, memiliki seorang putra yang bernama Raden Alit dan putri Dayang Bulan.
Suatu ketika, kakak perempuannya, Dayang Bulan diculik oleh Malim Hitam, putra Ratu Ageng dari Negeri Salek Alam.
Selang beberapa tahun tinggal di Bumi, malapetaka menimpa keluarga Ratu Ageng.
Putrinya Dayang Bulan meninggal dunia lantaran digigit ular lidi.
Kematian putrinya itu membawa duka yang dalam bagi Ratu Ageng dan permaisurinya.
Singkat cerita, Raden Kuning dan Raden Alit pun meminta bantuan kepadanya untuk mencari tahu keberadaan Dayang Bulan.
Setelah Serincung Dabung melakukan nujum, akhirnya diketahui bahwa Dayang Bulan juga diculik oleh putra raja Negeri Salek Alam yang bernama Malim Hitam.
Setibanya kembali di Bumi, Raden Alit mengeluarkan seluruh kesaktiannya sehingga mampu melemparkan kedua musuhnya tersebut ke langit.
Begitu mereka tiba di langit, Nenek Dewa segera memasukkannnya ke dalam sangkar besi. Sementara itu, Dayang Bulan dan Dayung Ayu kembali berwujud manusia.
Akhir kisah , Ratu Ageng beserta seluruh keluarganya datang ke tempat Raja Jin untuk mengadakan pesta perkawinan Raden Alit dengan Salipuk Jantung Pandan.
Selanjutnya, Raden Alit dan istrinya pun hidup bahagia.
Sumber refrensi : Histori.id
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.