Asal Usul dan Sejarah Tari Adat Loliyana – Tari Adat Loliyana merupakan tarian adat hasil kreasi atau pengembangan yang berasal dari masyarakat Kepulauan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Tarian Adat Loliyana yang hanya menggunakan sapu tangan berwarna putih sebagai propertinya ini menceritakan tentang Upacara Panen Lola—salah satu upacara adat panen hasil laut—yang diubah bentuknya ke dalam seni pertunjukan yaitu tarian.
Baca juga ya:
- Cari tau tentang Tari Cakalele, tarian Perang yang Unik dari Tanah Maluku ini yuk!
- Tari Suanggi dari Papua Barat ini amat kental dengan kesakralan dan kemistisannya lho!
Tarian Adat Loliyana ini selain mengangkat Upacara Panen Lola sebagai inti kisahnya, juga mengacu pada tradisi dan budaya masyarakat Kepulauan Teon Nila Serua, Maluku dimana tarian adat ini lahir dan berkembang.
Asal Usul dan Sejarah Tari Loliyana berakar dari Binatang Laut bernama Lola
Dalam bahasa masyarakat Maluku, Loliyana merupakan kata yang digunakan untuk menyebut suatu pekerjaan mengumpulkan salah satu hasil laut, yaitu Lola. Lola (Trochus Niloticus) merupakan binatang laut yang berupa siput laut atau kerang yang berasal dari spesies Molluska.
Binatang laut ini memiliki beberapa nama. Ada yang menyebutnya sebagai siput lola, ada juga yang menyebutnya sebagai siput susu bundar. Tetapi, istilah yang paling umum digunakan oleh masyarakat Maluku adalah Lola.
Lola ini banyak hidup di antara ekosistem terumbu karang, padang lamun dan hutan mangrove. Cangkangnya berbentuk kerucut dengan panjang antara 50 sampai 165 mm dan diameter antara 100 hingga 120 mm. Cangkang Lola ini berwarna krem keputihan dan coraknya bergaris lembayung. Dasar cangkangnya berbintik merah muda.
Sayangnya, binatang laut ini mulai langka sejak satu dekade yang lalu. Lola menjadi sulit ditemukan di perairan Maluku dan Papua karena sempat dipanen secara masif hingga 50 ton per tahun (pada tahun 1950).
Kemudian, Siput Lola ini terus mengalami penurunan panen, hingga tahun 1992 hanya mencapai 1,5 ton per-tahun. Hal ini karena, masyarakat pada waktu itu tidak memperhitungkan siklus perkembang-biakan Siput Lola. Sebab, Siput Lola hanya dapat berkembang biak setelah berusia dua tahun.
Cangkang lola juga digunakan dalam industri kancing dan kerajinan tangan serta diekspor ke Jepang, Korea, dan Eropa, sehingga kelestariannya semakin terancam.
Tetapi, kamu tidak perlu khawatir terhadap kelestariannya karena masyarakat Timur memiliki upacara adat tertentu yang sengaja mereka lakukan untuk meregenerasi binatang laut, khususnya Siput Lola.
Upacara Adat Panen Lola
Upacara tersebut disebut dengan Upacara Panen Lola atau Sasi Lola. Upacara tradisional ini pada dasarnya untuk melakukan pengambilan Lola secara berkala agar kapasitas penangkapannya terjaga dan tidak berlebihan.
Di daerah Timur seperti Maluku dan sekitarnya, masyarakat lokal memiliki pranata adat yang digunakan sebagai pantangan atau larangan dalam mengumpulkan atau mengambil hasil alam baik hasil laut maupun hasil hutan sampai batas waktu yang telah disepakati bersama oleh masyarakat.
Inilah yang dilakukan masyarakat adat agar keragaman biota laut di perairan mereka tidak punah karena diambil begitu banyak tanpa pertimbangan. Mereka belajar dari sejarah pada tahun 1950 sampai 1992 silam.
Baiklah, kita kembali lagi pada Tarian Adat Loliyana. Seperti yang saya katakan tadi, bahwa Tari Loliyana merupakan bentuk penggambaran Upacara Adat Panen Lola. Panen Lola ini dilakukan setelah Sasi Lola secara resmi dibuka oleh Ketua Agama dan Pemangku Adat setempat.
Baca juga ya:
- Kamu harus berkenalan dengan Tari Rancak Denok dari Semarang yang menggunakan properti topeng ini!
- Tari Manasari, tarian selamat datang dari Kalimantan Tengah ini unik banget lho!
Proses panen Lola diawali dengan pesta rakyat mengelilingi api unggun dari malam hari hingga pagi menjelang subuh. Kemudian dilanjutkan dengan syukuran dan berdoa kepada Tuhan demi keberhasilan panen yang akan dilakukan menjelang terbitnya matahari.
Panen ini dilakukan secara gotong royong, baik laki-laki maupun perempuan semuanya turut serta dalam perayaan panen ini. Dari tradisi panen lola inilah, kemudian lahir kreasi Tari Adat Loliyana.
***
Itulah tadi sedikit ulasan mengenai Asal Usul dan Sejarah Tari Adat Loliyana yang berasal dari Maluku. Informasi mengenai tarian adat ini masih sangat sedikit dan sulit diakses keberagamannya.
Selain Tari Adat Loliyana, Maluku juga memiliki beragam tarian adat warisan budaya masyarakatnya seperti Tari Cakalele, Tari Orlapei, Tari Katreji, Tari Kabaresi, Tari Lenso dan masih banyak lagi lainnya.
Setiap daerah di Indonesia dapat dipastikan memiliki ragam budaya yang luar biasa. Sayangnya, kita semua masih belum dapat memaksimalkan potensi tersebut. Bahkan, tak jarang, kita sendiri tidak mengenal kebudayaan daerah sendiri.
Sehingga, inilah yang menyebabkan kurangnya informasi apalagi lestarinya si budaya daerah. Oleh karenanya, kita harus menjadi generasi yang peduli terhadap warisan budaya daerah. Langkah kecil yang bisa kita ambil adalah dengan banyak mencari tahu informasi tentang budaya daerah tersebut.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.