Museum Lampung – Salah satu Bangunan wisata tua yang bersejarah di Lampung akhirnya pada bulan Juli – Desember 2019 lalu direnovasi.
Bangunan Tua yang memiliki banyak makna dan juga sangat penting tersebut adalah Museum Lampung.
Salah satu Museum bersejarah yang menampilkan berbagai benda koleksi sejarah yang amat penting.
Sejarah Museum Lampung
Museum Lampung mulai dibangun tahun 1975. Peletakkan batu pertama dilakukan tahun 1978.
Sepuluh tahun kemudian, tepatnya tanggal 24 September 1988, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Fuad Hasan, meresmikan museum Lampung.
Peresmian museum Lampung bertepatan Hari Aksara Internasional, yang pusatnya di PKOR Way Halim.
Museum Lampung diberi julukan “Sai Bumi Ruwai Jurai”, yang merupakan logo resmi Provinsi Lampung.
“Sai Bumi” artinya penduduk asli. Sedangkan “Ruwai Jurai” berarti pendatang.
Sehingga, “Sai Bumi Ruwai Jurai” bermakna 2 tangkai garis keturunan penduduk Lampung, yaitu asli dan pendatang.
Museum Lampung berada di bawah pengelolaan UPTD Dinas Pendidikan Lampung, sejak era otonomi daerah.
Hal itu berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Lampung, Nomor 03 Tahun 2001 tentang peralihan status pengelolaan museum Lampung.
Lokasi Museum Lampung
Museum Lampung berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 17.010 m2. Museum Lampung berada di Jalan H. Zainal Arifin Pagar Alam Nomor 64, Kelurahan Gulung Meneng, Kecamatan Rajabasa – Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
Museum Lampung berada dekat dengan Universitas Lampung atau sekitar 20 meter dari Simpang Unila.
Museum berada tepat di depan SMPN 22 Bandar Lampung. Museum Lampung juga lokasinya sekitar 7,6 km dari tugu Adipura.
Museum Lampung berada di pinggir jalan besar (utama), jurusan Raja Basa – Tanjung Karang.
Tepatnya ada di kiri jalan, arah ke Tanjung Karang. Dari pusat kota, museum Lampung dapat dijangkau dengan 15 menit perjalanan.
Baca juga ya :
Dari Pelabuhan Bakauheni ke museum, jaraknya sekitar 90 km.
Sedangkan dari Bandara Branti ke museum Lampung lebih pendek, yaitu sekitar 20 km. Dari Stasiun Tanjung Karang ke museum jaraknya 5 – 7 km.
Sementara dari terminal Raja Basa hanya sekitar 400 meter. Jadi kamu bisa menaikki angkutan kota yang arahnya ke Tanjung Karang.
Jadwal Buka dan Tiket Masuk Musem Lampung
Nah, untuk kamu yang mau mengunjungi museum Lampung, bisa lho pilih di semua hari kerja, kecuali hari Senin dan libur nasional.
Museum Lampung buka pada hari Selasa – Kamis pukul 08.00 – 14.00 WIB, Juma’at pukul 08.00 – 10.30 WIB dan weekend pukul 08.00 – 14.00 WIB.
Untuk bisa masuk ke dalam museum Lampung, pengunjung ditarik retribusi sebesar Rp1.500,-/orang (dewasa); Rp500,-/orang (anak-anak) atau Rp750,-/orang (rombongan dewasa); Rp250,-/orang (rombongan anak).
Tarif ini diatur dalam Perda Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2002, tanggal 20 Februari 2002.
Sekilas Museum Lampung
Tentunya, dari luar saja sudah nampak. Kalau bangunan ini menggunakan arsitektur khas Lampung.
Masuk ke museum Lampung, pengunjung akan disambut dengan meriam kuno, sebagai peninggalan masa penjajahan. Namanya meriam benteng / ula.
Museum Lampung mengoleksi benda yang dikelompokkan dalam 10 unit. Yakni kelompok geologika, etnografika, historika, biologika, keramologika, filologika, seni rupa, teknografika, numismatika dan heraldika.
Museum Lampung terbagi menjadi 2 lantai. Di lantai pertama, pengunjung akan disajikan benda-benda sejarah.
Saat naik ke lantai dua, pengunjung ditunjukkan benda kebudayaan masyarakat Lampung.
Di dalam museum Lampung, berisi kurang lebih 5.000 koleksi sejarah. Tetapi menurut data tahun 2008 ada 4.588 benda. Sedangkan dari data tahun 2011, hanya ada sekitar 4.735 koleksi sejarah.
Museum Lampung didominasi oleh peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya. Baik prasasti kerajaan, pakaian adat, meriam dan lainnya.
Selain itu juga peninggalan sejarah seperti arkeologi, geologi, kain tradisional, senjata, alat temput, mata uang lama, miniatur rumah adat.
Lalu ada juga peralatan masa prasejarah, menhir/arca, fosil manusia purba, benda keramik masa lampau, naskah-naskah kuno seperti Al Qur’an tulisan tangan di kertas deluang dan sebagainya.
Nah, di dalam museum, ada 2 kelompok adat Lampung yang mendominasi, yakni Sai Bathin dan Pepadun.
Keduanya digambarkan mempunyai ciri khas yang berbeda. Baik ritual adat, aksesorisnya, perangkat ritual dan sebagainya.
Di bagian halaman ada sebuah landmark, yang merupakan rumah adat Lampung atau rumah panggung.
Namanya, “Lamban Persagi”. Menurut cerita, landmark tersebut dibangun sejak sekitar 150 tahun yang lalu. Di dalamnya ada lumbung padi, yang lengkap dengan lesung dan penumbuk.
Selain itu juga ada bola besi. Bola besi digunakan masyarakat di tahun 1953 – 1956 untuk membuka lahan transmigrasi.
Bola besi ditarik oleh 2 traktor untuk menumbangkan pohon dan semak belukar di area tanah datar.
Dulu banyak digunakan di Lampung Timur, Raman Utara, Purbolinggo, Seputih Banyak dan Seputih Raman.
Nah, dari ulasan tadi, kenapa ya benda-benda koleksi di museum Lampung seolah berkurang? Lalu apa saja sih isi komplit di dalam museum Lampung?
Well, daripada kamu penasaran, mending langsung saja atur trip kamu setelah masa pandemi Corona ini berakhir. Tancapkan tujuan ke museum Lampung.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.