Ada banyak Upacara Adat Suku Banjar yang masih sering dilakukan hingga sekarang terutama dalam berbagai kegiatan adat di masyarakat Kalimantan Selatan. Suku Banjar sendiri merupakan suku asli Kalimantan atau tepatnya provinsi Kalimantan Selatan yang sebagian besar bermukim di kawasan Banjarmasin, Ibu Kota Kalsel.
Nah karena upacara suku banjar ini masih tradisional, masyarakat masih banyak yang melakukan tradisi nenek moyang dan melestarikanya sampai sekarang selain untuk menjaga adat budaya juga untuk pertunjukan wisata. Bahkan, jumlah upacara adatnya cukup banyak dimana sebagiannya telah berhasil menarik pengunjung datang ke Banjarmasin untuk menontonnya.
Baca juga : 6 Tari Adat Tradisional Kalimantan Selatan yang masih ditampilkan

upacara adat Suku Banjar // symbianplanet.net
Generasi muda suku Banjar pastinya harus ikut melestarikan upacara adat Banjar yang telah terpelihara sejak ratusan tahun yang lalu. Mereka juga harus mampu berinovasi dan berkreasi supaya ritual tetap mampu berdiri tegak di tengah gempuran budaya asing.
Nah agar kalian ingat dan tau lebih jauh tentang upacara adat suku banjar apa saja yang masih sering dilakukan atau dipentasakan, yuk kita bahas ulasanya berikut ini :
1. Upacara Baayun Mulud

Baayun Mulud – foot ig @visitkalsel
Suku Banjar memiliki cara atau ritual khusus ketika memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang bernama Baayun Mulud. Sesuai dengan namanya, tradisi Baayun Mulud bermakna mengayun anak di hari peringatan Maulud Nabi.
Menurut informasinya, tradisi ini sebagai sebentuk rasa syukur atas kelahiran manusia paling sempurna di muka bumi. Sebelum melangsungkan Baayun Mulud, pihak keluarga harus mempersiapkan ayunan dari tiga kain yang berbeda. Setelah itu, kyai akan membacakan barzanji atau sholawat ad diba’i yang diikuti oleh jamaah yang lain.
Ketika tiba pada bacaan qiyam dan jamaah berdiri, maka anak yang akan diayun mulai dinaikkan ke ayunan dan diayun secara pelan. Tradisi ini berakhir ketika ulama membaca doa dan menyantap makanan yang sudah disediakan oleh keluarga dengan bantuan pihak masjid.
2. Tradisi Bausung pengantin

Bausung pengantin – foto ig @dioalif41
Bausung adalah tradisi perkawinan yang masih banyak masyarakat Banjar melakukannya sampai sekarang. Umumnya, pelaku tradisi ini adalah keluarga yang memang menjaga upacara adat serta senantiasa diwariskan kepada generasi-generasi setelahnya.
Artinya, jika ada pernikahan menerapkan ritual Bausung, berarti pernikahan keluarganya terdahulu juga melakukannya. Pada tradisi Bausung, kedua pengantin tidak bisa memasuki pelaminan secara sembarangan melainkan diusung oleh dua orang penari yang disebut Hanoman Hadrah.
Penari tersebut mengusung kedua mempelai di pundaknya dengan terus melakukan rudat diiringi musik hadrah atau rebana sampai tiba ke pelaminan. Sedangkan si mempelai tidak berhenti melantunkan sholawat dan doa-doa.
3. Ritual Tanglong, Upacara Adat Suku Banjar

acara Tanglong, Upacara Adat Suku Banjar – foto ig @ilovekandangan
Setiap suku di Indonesia pasti punya ritual khusus ketika menyambut bulan suci ramadlan. Begitu juga dengan suku Banjar yang juga memiliki budaya penyambutan yang sama yang disebut Tanglon.
Biasanya, masyarakat melangsungkan ritual ini di malam pertama ramadlan dan malam takbiran menyambut Idul Fitri. Ritual Tanglon adalah kebiasaan masyarakat mengarak lampu lampion di malam pertama bulan ramadlan.
Kegiatan ini mereka lakukan sembari bersholawat keliling kampung sampai tengah malam bahkan menjelang sahur. Biasanya, warga yang mengikuti arak-arakan didominasi oleh remaja dan anak-anak yang terus berjalan dengan penuh suka cita.
4. Ritual Batimung, Acara Adat Banjar

Ritual Batimung – foto ig @boby_nelayan_04
Batimung merupakan ritual adat suku Banjar khusus calon mempelai yang akan segera menikah. Ini juga tradisi yang sangat populer karena masih banyak laki-laki dan perempuan yang melakukannya serta menjadi kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Kabarnya, tradisi ini untuk membuang naas yang bisa menyerang kedua mempelai saat duduk di pelaminan. Ritual Batimung adalah penguapan bagi calon mempelai yang dilakukan 1-2 hari sebelum menikah.
Jika keringat telah keluar pasca penguapan, maka keluarga akan mengasapi calon mempelai dengan aroma wewangian dengan cara memutarkan bejana tempat wewangian ke sekujur tubuh sambil melantunkan doa.
5. Tian Mandaring

Tian Mandaring, Upacara Adat Suku Banjar – foto ig @astridherera
Upacara Tian Mandaring adalah tradisi tujuh bulanan untuk perempuan suku Banjar yang hamil anak pertama. Pada upacara ini, si ibu berdandan sebagus mungkin lalu duduk di tempat khusus yang dikelilingi pagar dari daun mayang.
Si perempuan tidak beranjak dari tempat duduknya sebelum keluarga berkumpul untuk melakukan prosesi mandi Tian Mandaring. Pada saat proses Mandi Tian Mandaring, si ibu akan berganti pakaian dengan memakai baju serba kuning.
Setelah itu kembali ke tempat duduknya semula dan keluarganya mulai memandikannya satu persatu. Jika prosesi sudah selesai, si perempuan ini kembali masuk kamar untuk berdandan lalu kembali ke tempat keluarga berkumpul untuk mengaminkan doa yang dipanjatkan oleh ulama atau kyai.
6. Badudus Adat Banjar

Badudus Adat Banjar
Selanjutnya ada acara Badudus yang setiap tahunya masih sering dilakukan oleh masyarakat Banjar. Ritual Badudus, adalah upacara adat mandi untuk mensucikan diri yang dilakukan oleh masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan, Tengah, dan Timur.
Upacara Badudus ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: Membersihkan diri lahir dan batin, Membentengi diri dari masalah kejiwaan, Memohon restu dari yang kuasa.
Acara Adat Badudus atau Ritual Badudus ini biasanya dilangsungkan saat pernikahan, penobatan terhadap seseorang, dan juga saat hamil tujuh bulan (tian mandaring). Nah Secara umum, makna ritual Badudus adalah pembersihan diri, baik lahir maupun batin.
Sebenarnya, Ritual ini konon sudah ada sejak zaman kerajaan tempo dulu. Nah Ritual Badudus dulunya dilakukan di lingkungan kerajaan terutama oleh para keturunan Kerajaan Negara Dipa dan Kerajaan Negara Daha.
Namun Seiring dihapuskannya Kerajaan Banjar oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada 1860, selanjutnya ritual Badudus berkembang di masyarakat sebagai upaya pelestarian budaya.
Ada dua tradisi badudus yang kemudian berkembang di masyarakat Banjar yaitu badudus menjelang acara pernikahan dan saat kehamilan tujuh bulan atau disebut mandi-mandi.
Baca : Asal Usul dan Sejarah Tari Banjar Kemuning yang melegenda
Demikianlah beberapa ulasan singkat mengenai upacara adat Suku Banjar yang masih dilestarikan sampai sekarang dan masyarakat Kalimantan maupun Indonesia, harus mengetahui dan ikut melestarikannya.
Sejatinya, masih banyak tradisi dan ritual yang lain, namun nama-nama di atas merupakan upacara adat yang paling populer serta masyarakat Banjar benar-benar menjaganya dengan bersungguh-sungguh.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.