Suku Terbesar Di Papua – Rasanya seperti tidak ada yang menyangkal bahwa negara Indonesia, merupakan satu-satunya negara yang memiliki keunikan yang luar biasa, dimana tidak banyak negara-negara lain miliki.
Sebut saja seperti bahasa yang dimiliki oleh negara kita yang sangat kita cintai ini.
Kalian setuju kan kalau Indonesia menjadi urutan paling pertama memiliki bahasa, suku, budaya, kuliner, adat, serta agama yang sangat beragam?
Bahkan jika ditelusuri satu aspek saja, kita akan menggelengkan kepala saking takjubnya, karena jumlah yang Indonesia miliki itu, banyak banget.
Nggak percaya? Coba deh kita hitung kembali suku apa saja yang kalian ketahui di Indonesia?
Tapi, bicara masalah suku yang ada di Indonesia, sesuai dengan judul, dalam artikel kali ini akan membawa kalian untuk berkenalan dengan wilayah timur Indonesia, yup, apalagi kalau bukan Papua.
Selain terkenal akan kekayaan alamnya, wilayah Papua ternyata memiliki satu topik yang kini masih menarik Yakni tentang berbagai suku yang mereka miliki.
Suku Terbesar Di Papua
Nah, berikut ini ada 5 Suku Di Papua Yang Terbesar dan Paling Banyak Warganya (Urutan Acak).
Tentunya Semua suku suku ini tercatat memiliki banyak penduduk yang tersebar di berbagai wilayah Papua mulai dari wilayah pesisir hingga wilayah pegunungan.
1. Suku Asmat Papua
Suku Terbesar Di Papua yang pertama adalah Suku Asmat. Suku ini Merupakan suku terbesar yang ada di Papua di antara jumlah suku lainnya di daerah yang sama.
Suku Asmat ini juga sangat terkenal sebagai suku yang menyukai seni ukir kayu.
Banyak informasi yang menyatakan bahwa, alasan dari suku Asmat menyukai seni ukir, ialah cara mereka menghormati nenek moyang mereka.
Jadi, jangan heran ya kalau kalian bertemu dengan suku Asmat, dan menemukan berbagai ukiran di sana.
Penduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang khas,berkulit hitam dan berambut keriting.
Tubuhnya cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang Asmat wanita sekitar 162 cm dan tinggi badan laki-laki mencapai 172 cm.
Rumah Tradisional Suku Asmat adalah Jeu dengan panjang sampai 25 meter.
Sampai sekarang masih dijumpai Rumah Tradisional ini jika kita berkunjung ke Asmat Pedalaman.
Bahkan masih ada juga di antara mereka yang membangun rumah tinggal di atas pohon.
Suku asmat tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai laut arafuru dan pegunungan jayawijaya, dengan medan yang lumayan berat.
Mengingat daerah yang ditempati adalah hutan belantara, dalam kehidupan suku Asmat, batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi mereka.
Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai maskawin.
Semua itu disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.
2. Suku Amungme Papua
Yang sering menyinggung PT. Freeport, pasti sudah tidak asing dengan suku yang satu ini di Papua.
Suku Amungme, merupakan suku yang ada di Papua, dimana mereka kebanyakan tinggal di daerah dataran tinggi Papua.
Keunikan dari suku ini, adalah mereka memiliki metode bertani dengan cara berpindah-pindah lahan.
Serta mereka juga masih memiliki tradisi berburu untuk mendapatkan makanan. Suku ini juga masih kental ikatannya dengan para leluhur mereka.
Suku Amungme atau yang juga dikenal sebagai Amui, Hamung, Amungm, Amuy, Damal atau Uhunduni adalah kelompok orang dengan populasi sekitar 17.700 orang yang tinggal di dataran tinggi provinsi Papua dari Indonesia.
Bahasa mereka disebut Dhamal. Keyakinan tradisional masyarakat Amungme yaitu animisme.
Orang-orang Amungme tidak memiliki gagasan tentang “dewa” yang terpisah dari alam di mana roh-roh dan alam adalah satu dan sama.
Jadi, jangan heran jika kalian bertemu dengan suku ini, akan mendapati mereka yang sangat mensucikan gunung yang ada di sana.
Dari beberapa informasi yang ada, bahwa mereka memiliki paham bahwa gunung sebagai tempat yang paling suci dan sakral.
Baca Juga ya :
- Daftar 10 Kota Terbesar di Papua Inilah Buktinya
- Inilah 5 Pakaian Adat dari Papua yang bisa kamu coba
3. Suku Dani Papua
Yang tahu tentang rumah adat Honai, pasti sudah tidak asing dengan suku Dani ini.
Ya, suku Dani adalah suku yang cukup banyak tinggal di Jayawijaya, tepatnya di daerah lembah Baliem.
Lembah Baliem ini terkenal dengan tempat, dimana orang-orangnya sudah melakukan aktivitas seperti bertani dengan menggunakan alat perkakas.
Untuk pakaiannya sendiri, para kaum lelaki yang ada di sana, mereka menggunakan koteka (satu helai kain yang di pakai untuk menutupi kemaluan mereka).
Untuk perempuannya sendiri, mereka menggunakan penutup dari jerami, yang hanya menutup di bagian bawahnya saja.
Topografi Kabupaten Jayawijaya terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas.
Di antara puncak-puncak gunung yang ada beberapa diantaranya selalu tertutup salju, misalnya Puncak Trikora (4750 m), Puncak Yamin (4595 m), dan Puncak Mandala (4760 m).
Ada salah satu tradisi yang membuat cukup merinding siapa saja yag melihatnya Yakni Tradisi Potong Jari.
Berbeda dengan Suku lainnya di Indonesia saat ada yang kehilangan atau kesedihan karna salah satu anggota keluarga yang meinggal, Suku Dani memiliki cara uniknya sendiri.
Bagi Suku Dani mereka melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarga yang meninggal tidak hanya dengan menangis, tetapi memotong jarinya.
Bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia seperti suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik, Suku Dani diwajibkan memotong jari mereka.
Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya.
Pemotongan jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yangg telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yg berduka.
Baca juga yuk:
- Ketenangan yang hakiki!! Pantai Gunung Payung
- Pesona Curug Bangkong yang wajib di kunjungi
4. Suku Muyu, Salah satu Suku di Papua
Pernah dengar seorang ilmuwan antropologi yang mengatakan bahwa di Papua, ada suku yang di juluki sebagai suku yang Primitive Capitalist? Ya, suku Muyu lah yang di juluki demikian.
Mereka adalah suku di Papua yang dianggap sebagai orang-orang yang sangat pekerja keras.
Suku Muyu yaitu salah satu suku bangsa di Indonesia dan terdapat di Papua yang menempati daerah di sekitar Sungai Muyu dan terletak di sebelah Timur Laut Merauke.
Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Muyu.
Istilah Muyu sendiri muncul dari dua perkiraan, yaitu muncul seiring dengan masuknya misi Katolik dan Pastor Petrus Hoeboer yang berkebangsaan Belanda tahun 1933.
Suku Muyu terdapat di daerah pedalaman Pulau Papua, yang merupakan daerah perbatasan dengan negara Papua New Guinea.
Di sebelah Timur berbatasan dengan Papua New Guinea. Sebelah Selatan dengan Sungai Kao, Sungai Digul, dan Kabupaten Merauke.
Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Star dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boven Digoel.
Panjang daerah atau kawasan kediam Suku Muyu adalah 180 KM dan memiliki luas 7860 KM2, serta lebar 40-45 KM.
Data tahun 1956 menyebutkan bahwa jumlah penduduk di suku Muyu berjumlah 17.269 jiwa yang menempati 59 desa.
Suku Muyu juga bisa dengan baik memanage keuangan, sehingga dengan mudahnya mereka bisa berhemat.
Mereka juga sangat menghargai yang namanya pendidikan. Keren ya. Bahasa yang digunakannya adalah bahasa Muyu dan menggunakan dialek Ninati juga dialek Metomka
5. Suku Huli Papua
Suku Huli juga menjadi salah satu suku di Papua yang memiliki keunikannya sendiri.
Dimana mereka memiliki tradisi untuk membuat garis di wajah mereka dengan tiga warna, yakni merah, putih, serta kuning.
Beberapa alat untuk melakukan tradisi seperti kapak dan cakar, juga menjadi komponen pelengkap yang sangat penting sebagai identitas mereka.
Suku Huli merupakan masyarakat ada yang tinggal di dataran tinggi bagian selatan negara Papua New Guinea yang meliputi beberapa wilayah seperti wilayah Tari, Koroba, Margaraima dan Komo Papua New Guinea.
Tercatat saat ini Populasi suku ini berjumlah 150.000 orang.
Mereka sudah mendimi wilayah dataran tinggi tersebut lebih dari 1000 tahu.
Sebagian besar suku Huli menggunakan bahasa Huli dan Bahasa Tok Pisin, sebagian yang lain menggunakan bahasa lokal lainya dan yang lainya menggunakan Bahasa Inggris.
Suku Huli telah lama tinggal di dataran tinggi bagian selatan negara Papua New Guinea lebih dari 1.000 tahun dan memiliki catatan sejarah lisan mengenai sejarah kehidupan sukunya.
Suku ini merupakan suku yang memiliki kebiasaan untuk bepergian jauh dalam upaya perdagangan antar wilayah dataran tinggi dan dataran rendah disekitar tempat suku ini berada, khususnya yang berada di wilayah selatan.
Suku ini belum pernah melakukan kontak dengan pemerintah kolonial sampai dengan tahun 1951.
Baca : Daftar 5 Suku Yang Ada Di Lampung
Itulah tadi beberapa suku di Papua yang penyebaranya dan keberadaanya cukup besar. Meski ada banyak sekali suku lainnya di Papua yang belum tercatat disini.
Namun karena keterbatasan kata maka akan kita bahas di artikel selanjutnya yah.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.