Rumah Mbaru Niang – Selain tempat wisatanya yang sudah terkenal seantero negeri, ada sisi lain dari Nusa Tenggara Timur yang menarik untuk dibahas, yaitu kebudayaannya. Nusa Tenggara Timur memiliki banyak sekali rumah adat. Salah satu rumah adat NTT yang paling unik adalah Rumah Mbaru Niang.
Di artikel ini, kita akan mengupas tuntas semua hal yang berhubungan dengan Rumah Mbaru Niang, mulai dari karakteristiknya, lokasinya, serta sejarah dari rumah adat yang berasal dari Pulau Flores ini.
Karateristik dan Keunikan Rumah Mbaru Niang
Salah satu keunikan dari rumah adat ini terletak pada atapnya yang berbentuk kerucut dan hampir menutupi seluruh rumah. Atap rumah ini terbuat dari daun lontar yang sudah dikeringkan.
Baca Juga ya :
- Inilah fungsi dan makna dari Rumah Adat Tongkonan Toraja
- Wow 100 orang bisa tinggal di Rumah Adat Lamin khas Kalimantan Timur
Rumah ini memiliki 5 lantai dengan ketinggian sekitar 15 meter dan hanya ditopang oleh satu tiang yang terbuat dari kayu warok. Tiang ini diikatkan dengan kerangka rumah dan membentuk pola lingkarang berpusat. Pola ikatan ini diambil dari compang, yakni tumpukan batu tua yang mengelilingi bagian tengah pemukiman Rumah Mbaru Niang.
Masyarakat percaya bahwa compang ini adalah bentuk penghormatan kepada Tuhan dan dapat menjaga kestabilan dan keutuhan rumah mereka. Hal ini menjadi salah satu ciri khas lain dari rumah adat ini.
Tahukah kamu bahwa Rumah Mbaru Niang ini adalah satu satu rumah adat yang mendapat penghargaan Award of Excellence dari UNESCO? Hal ini menjadi salah satu bukti kuat keistimewaan dan keunikan dari Rumah Mbaru Niang.
Ruangan Rumah Mbaru Niang dibagi menjadi 5 bagian:
1. Lutur
Bagian pertama dinamakan Lutur, yang merupakan lantai pertama dari rumah adat ini. Lutur ini merupakan ruangan yang biasanya dijadikan tempat tinggal oleh masyarakat Desa Wae Rebo. Dalam ruangan ini terdapat kamar tidur dari seluruh anggota keluarga.
2. Lobo
Lantai kedua dari rumah adat ini dinamakan Lobo, yang biasanya berfungsi sebagai ruangan untuk menyimpan bahan makanan.
3. Lentar
Lentar merupakan lantai ketiga dari Rumah Mbaru Niang dan dijadikan tempat untuk menyimpan benih tanaman oleh penghuninya.
4. Lempa Rae
Berbeda dengan Lobo yang dijadikan tempat menyimpan bahan makanan untuk makanan sehari – hari dan Lentar yang digunakan untuk menyimpan benih makanan, lantai keempat dari Rumah Mbaru Niang ini dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan cadangan makanan untuk masa – masa sulit.
5. Hekang Kode
Lantai kelima dan terakhir dari rumah adat ini dinamakan Hekang Kode dan dijadikan tempat yang suci oleh masyarakat Desa Wae Rebo karena disinilah mereka menyimpan sesajian (sesajen) untuk para leluhur.
Akses dan Lokasi Menuju Rumah Mbaru Niang
Rumah Mbaru Niang adalah rumah adat yang berasal dari Pulau Flores, tepatnya di Desa Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur. Desa Wae Rabo ini berbatasan langsung dengan Taman Nasional Komodo lho.
Desa Wae Rebo ini merupakan sebuah desa terpencil yang berada di ketinggian sekitar 1.100 mdpl dan dikelilingi oleh pegunungan dan panorama hutan tropis lebat di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores. Karena tingginya letak Desa Wae Rebo, orang – orang sering menjulukinya sebagai “Negeri di Atas Awan”.
Saat ini, Desa Wae Rebo telah menjadi salah satu tujuan eko-pariwisata yang diburu oleh wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia. Untuk menuju ke Wae Rebo, kamu bisa memilih jalur melewati Ruteng dan trekking dari Desa Sebu Denge ke Sungai Ras Wae.
Desa Wae Rebo dapat ditemput dalam waktu 4 jam dari Ruteng dengan medan yang berkelok – kelok menuju Desa Dintor. Mulai dari Desa Dintor ini jalan akan semakin menanjak dan terjal. Kamu akan berjalan melewati sawah dan jalan setapak dari Sebu sampai Denge dan berakhir di Sungai Ras Wae. Sungai tersebut merupakan penanda bahwa kamu akan segera sampai di Desa Wae Rebo.
Biaya yang Perlu Kamu Siapkan menuju Rumah Mbaru Niang
Biaya masuk dan menginap di desa ini sekitar Rp. 325.000 per orang, itu sudah termasuk welcome tea, makan malam, sarapan pagi, kasur, dan selimut. Jika kamu hanya berkunjung tanpa menginap, maka kamu harus membayar Rp. 250.000 dan mendapat welcome tea serta makan 1 kali.
Jika kamu datang dengan rombongan orang banyak, kamu juga bisa menyewa tour guide dengan biaya Rp 250.000 – Rp. 300.000 selama satu hari.
Untuk datang ke desa ini, memang membutuhkan waktu yang lumayan lama, medan yang berat, serta biaya yang tidak murah. Akan tetapi, semua akan terbayar setelah kamu melihat keindahan desa ini serta Rumah Mbaru Niang.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.