Makna dan Sejarah Tari Adat Fataele
Pernah mendengar Tari Perang? Tari perang Fataele agaknya terdengar aneh dan unik karena gerakan tarian ini seperti gerakan dalam peperangan. Gerakannya unik begitu pula dengan property tarinya yang juga unik. Nah, berikut adalah makna dan sejarah tari adat Fataele.
Sejarah Tari Adat Fataele
Bagi orang kelahiran 90-an tarian ini mungkin sudah tidak asing karena tari adat Fataele pernah ditampilkan dalam opening RCTI beriringan dengan tradisi Hombo Batu atau lompat batu setinggi 2 meter. Tari Adat Fataele merupakan tari perang dari daerah Nias, Sumatera Utara.
Menurut cerita, pada zaman dahulu di kampung Nias sering terjadi peperangan terkait dengan perebutan lahan kekuasaan kampung. Hingga pemimpin atau petinggi kampung Nias atau sering disebut dengan Si’ulu berinisiatif mengumpulkan para pemuda Nias untuk berlatih peperangan.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan kampung dan daerah kekuasaan dari serangan musuh yang sering mengintai. Namun, pemuda – pemuda yang akan ikut latihan perang diseleksi terlebih dahulu dengan cara yang unik yaitu melompati Hombo Batu.
Jika pemuda berhasil melompati hombo batu, berarti ia lulus dan akan melewati proses latihan perang sebelum dijadikan prajurit. Pemuda – pemuda yang dipilih sebagai prajurit telah sukses melakukan Hombo Batu, Si’Ulu akan mengadakan pesta kampung dengan memotong babi dan dinikmati bersama para penduduk kampung.
Dalam pesta tersebut, Si’ Ulu juga akan mengumumkan nama pemuda yang telah berhasil melewati Hombo Batu. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi pemuda yang terpilih. Pemuda – pemuda pilihan tersebut akhirnya akan membentuk pasukan Fataele
Meskipun dahulu pasukan Fataele dibentuk untuk mempertahankan daerah kekuasaan dari musuh. Namun, tak jarang pasukan Fataele juga melakukan kegiatan adat seperti pesta pernikahan, pesta penyambutan tamu maupun prosesi pengangkatan pemimpin kampung.
Karena berkembangnya zaman, pasukan Fataele ini tidak lagi berperang melainkan hanya bertugas untuk melakukan acara adat saja. akhirnya terbentuklah tari adat Fataele. Tari adat Fataele hampir sama sejarahnya dengan tari Kabasaran dari Minahasa yang melibatkan pasukan militer desa di Minahasa.
Baca Juga : Wajib Coba! Kuliner Khas Kuala Tungkal yang Bikin Betah
Makna Tari Adat Fataele
Tari adat Fataele terlahir karena peran pasukan Fataele yang sudah berubah dari berperang menjadi . Pasukan Fatele sering berperang oleh suku lain disebabkan perang antar suku dalam memperebutkan wilayah dan lahan di kampung Nias.
Nama Fataele sendiri sebenarnya merupakan sebutan bagi pemuda yang telah berhasil melewati Hombo Batu atau Batu Loncat setinggi 2 meter berbentuk prisma. Karena para penari sebenarnya adalah pasukan Fataele, oleh sebab itu tari ini disebut dengan Tari adat Fataele.
Bagi Masyarakat Nias, Tari adat Fataele dimaknai sebagai tari peperangan sebagai penggambaran perjuangan dan solidaritas para prajurit yang penuh semangat dalam mempertahankan daerah tempat tinggal mereka.
Tarian ini sekarang sering ditampilkan sebagai bentuk penghormatan atas tamu yang berkunjung ke Nias atau untuk melakukan prosesi adat tertentu.
Gerakan dan Kostum Tari Fataele
Tak seperti tarian lainnya yang memadukan antara music dengan gerak yang gemulai, Tari adat Fataele yang dikenal sebagai tari kolosal memiliki gerakan layaknya seorang petarung.
Gerakan tari terlihat sangat sederhana namun sebenarnya gerakan tersebut sedikit susah karena harus menampakkan kesan petarung yang gagah, tegas dan berwibawa. Oleh sebab itu, tak semua orang bisa melakukan tarian ini.
Gerakan tersebut dimulai dengan gerak kaki maju – mundur dengan dihentakkan ke tanah. Sambil membawa alat perang dan menggerakkan kaki, penari biasanya akan berteriak mengucapkan kata pembangkit semangat untuk berperang.
Setelah itu, gerakan maju-mundur penari membentuk formasi melingkar yang menunjukan gerakan mengepung musuh.
Sementara untuk kostumnya, para pasukan Fatale menggunakan kostum dengan perpaduan warna hitam, merah dan kuning dengan model baju perang ala Nias. Setiap penari juga memakai ikat kepala yang sangat khas dan berwarna senada dengan bajunya.
Properti tari lainnya berupa pakaian pelindung yang digunakan penari dibuat dari kulit kayu, buah gambas kering, ijuk dan kalung. Masing – masing penari membawa senjata perlindungan diri berupa tameng, tombak atau pedang.
Tameng tersebut terbuat dari kayu yang bentuknya menyerupai daun pisang dan berfungsi untuk melakukan gerakan menangkis. Dalam tari Fataele juga memiliki pemimpin tari yang tugasnya mengkomando penari lain dan memberikan aba – aba saat penari harus membentuk formasi.
Tari Adat Fataele hingga saat ini masih menjadi kebanggaan bagi masyarakat Nias dan masih sering ditarikan di berbagai event baik yang ada di daerah Sumatera Utara maupun di event Nasional. Sekian.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.