Upacara Adat Suku Banjar – Suku Banjar merupakan suku asli Kalimantan Selatan yang sebagian besar bermukim di kawasan Banjarmasin, Ibu Kota Kalsel.
Oleh karena terbilang suku tradisional, masyarakat masih banyak yang melakukan tradisi nenek moyang sampai sekarang.
Bahkan, jumlah upacara adatnya sangat banyak dan sebagian telah berhasil menarik pengunjung datang ke Banjarmasin untuk menontonnya.
Baca juga :
- 6 Tari Adat Tradisional Kalimantan Selatan yang masih ditampilkan
- Asal Usul dan Sejarah Tari Banjar Kemuning yang melegenda
Generasi muda suku Banjar harus ikut melestarikan upacara adat Banjar yang telah terpelihara sejak ratusan tahun yang lalu.
Mereka juga harus mampu berinovasi dan berkreasi supaya ritual tetap mampu berdiri tegak di tengah gempuran budaya asing.
Untuk itu, di bawah ini ada beberapa upacara adat Banjar yang para pemuda harus melestarikannya:
1. Baayun Mulud
Suku Banjar memiliki cara atau ritual khusus ketika memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang bernama Baayun Mulud.
Sesuai dengan namanya, tradisi Baayun Mulud bermakna mengayun anak di hari peringatan Maulud Nabi.
Menurut informasinya, tradisi ini sebagai sebentuk rasa syukur atas kelahiran manusia paling sempurna di muka bumi.
Sebelum melangsungkan Baayun Mulud, pihak keluarga harus mempersiapkan ayunan dari tiga kain yang berbeda. Setelah itu, kyai akan membacakan barzanji atau sholawat ad diba’i yang diikuti oleh jamaah yang lain.
Ketika tiba pada bacaan qiyam dan jamaah berdiri, maka anak yang akan diayun mulai dinaikkan ke ayunan dan diayun secara pelan.
Tradisi ini berakhir ketika ulama membaca doa dan menyantap makanan yang sudah disediakan oleh keluarga dengan bantuan pihak masjid.
2. Tradisi Bausung pengantin
Bausung adalah tradisi perkawinan yang masih banyak masyarakat Banjar melakukannya sampai sekarang.
Umumnya, pelaku tradisi ini adalah keluarga yang memang menjaga upacara adat serta senantiasa diwariskan kepada generasi-generasi setelahnya.
Artinya, jika ada pernikahan menerapkan ritual Bausung, berarti pernikahan keluarganya terdahulu juga melakukannya.
Pada tradisi Bausung, kedua pengantin tidak bisa memasuki pelaminan secara sembarangan melainkan diusung oleh dua orang penari yang disebut Hanoman Hadrah.
Penari tersebut mengusung kedua mempelai di pundaknya dengan terus melakukan rudat diiringi musik hadrah atau rebana sampai tiba ke pelaminan. Sedangkan si mempelai tidak berhenti melantunkan sholawat dan doa-doa.
3. Ritual Tanglong, Upacara Adat Suku Banjar
Setiap suku di Indonesia pasti punya ritual khusus ketika menyambut bulan suci ramadlan.
Begitu juga dengan suku Banjar yang juga memiliki budaya penyambutan yang sama yang disebut Tanglon.
Biasanya, masyarakat melangsungkan ritual ini di malam pertama ramadlan dan malam takbiran menyambut Idul Fitri.
Ritual Tanglon adalah kebiasaan masyarakat mengarak lampu lampion di malam pertama bulan ramadlan.
Kegiatan ini mereka lakukan sembari bersholawat keliling kampung sampai tengah malam bahkan menjelang sahur.
Biasanya, warga yang mengikuti arak-arakan didominasi oleh remaja dan anak-anak yang terus berjalan dengan penuh suka cita.
4. Ritual Batimung, Upacara Adat Suku Banjar
Batimung merupakan ritual adat suku Banjar khusus calon mempelai yang akan segera menikah.
Ini juga tradisi yang sangat populer karena masih banyak laki-laki dan perempuan yang melakukannya serta menjadi kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Kabarnya, tradisi ini untuk membuang naas yang bisa menyerang kedua mempelai saat duduk di pelaminan.
Ritual Batimung adalah penguapan bagi calon mempelai yang dilakukan 1-2 hari sebelum menikah.
Jika keringat telah keluar pasca penguapan, maka keluarga akan mengasapi calon mempelai dengan aroma wewangian dengan cara memutarkan bejana tempat wewangian ke sekujur tubuh sambil melantunkan doa.
5. Tian Mandaring
Upacara Tian Mandaring adalah tradisi tujuh bulanan untuk perempuan suku Banjar yang hamil anak pertama.
Pada upacara ini, si ibu berdandan sebagus mungkin lalu duduk di tempat khusus yang dikelilingi pagar dari daun mayang.
Si perempuan tidak beranjak dari tempat duduknya sebelum keluarga berkumpul untuk melakukan prosesi mandi Tian Mandaring.
Pada saat proses Mandi Tian Mandaring, si ibu akan berganti pakaian dengan memakai baju serba kuning.
Setelah itu kembali ke tempat duduknya semula dan keluarganya mulai memandikannya satu persatu.
Jika prosesi sudah selesai, si perempuan ini kembali masuk kamar untuk berdandan lalu kembali ke tempat keluarga berkumpul untuk mengaminkan doa yang dipanjatkan oleh ulama atau kyai.
Baca : Daya Tarik Masjid Jami Sungai Jingah di Banjarmasin
Demikianlah beberapa upacara adat Suku Banjar yang masyarakat Indonesia harus mengetahui dan ikut melestarikannya.
Sejatinya, masih banyak tradisi dan ritual yang lain, namun nama-nama di atas merupakan upacara adat yang paling populer serta masyarakat Banjar benar-benar menjaganya dengan bersungguh-sungguh.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.