Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan adat istiadat. Warisan budaya di Indonesia sangat beragam macam dan bentuknya, salah satunya adalah tarian adat. Apakah kamu pernah mendengar yang namanya Tari Tanggai?
Tari Tanggai merupakan tari adat yang berasal dari Sumatera Selatan, tepatnya dari Kota Palembang. Tari Tanggai ini ditampilkan untuk menyambut tamu undangan. Tari Tanggai biasanya dipertontonkan dalam acara pernikahan adat Palembang.
Makna Tari Tanggai
TarianTanggai ini menggambarkan keramahan dan rasa hormat terhadap tamu undangan yang telah datang. Di dalam tarian tersirat makna ucapan selamat datang dari orang yang mempunyai hajat, juga pesan bahwa masyarakat Palembang adalah masyarakat yang sangat menghormati tamu.
Hal ini dapat dilihat dari adanya bagian tarian dimana salah satu penari memberikan sekapur sirih pada tamu kehormatan yang telah dipilih. Pemberian sekapur sirih kepada tamu kehormatan adalah sebagai simbol bahwa tamu tersebut telah diterima dengan baik oleh masyarakat Palembang.
Dinamakan Tari Tanggai karena semua penarinya mengenakan tanggai yang dipasang di kedelapan jari tangan, kecuali ibu jari. Tanggai sendiri adalah semacam hiasan kuku yang berbentuk runcing dan terbuat dari tembaga.
Tanggai inilah yang menambah kesan lentiknya jemari penari, sehingga menambah gemulai gerakan penari. Tari Tanggai memiliki persamaan dengan Tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya terletak pada banyaknya jumlah penari; Gending Sriwijaya dibawakan oleh sembilan orang sedangkan Tari tanggai dibawakan oleh lima orang yang semuanya merupakan penari wanita.
Selain itu, perbedaan lainnya terletak pada busana yang digunakan penari. Pada Tari Gending Sriwijaya, penari mengenakan mahkota emas yang besar, busana berupa baju aesan, dan selendang mantri yang diikat di pinggang.
Sejarah Tari Tanggai
Pada zaman dahulu, Tari Tanggai merupakan tari yang dipersembahkan kepada Dewa Siwa oleh masyarakat Buddha. Tidak lupa persembahan tersebut dilengkapi dengan sesajen yang terdiri dari buah dan beraneka ragam bunga. Pada masa itu, Tari Tanggai dianggap sebagai tari yang sakral dan suci karena fungsinya sebagai pengantar persembahan untuk dewa-dewa dalam kepercayaan Buddha.
Tari Tanggai memiliki kemiripan dengan tarian yang ada di China. Hal ini disebabkan karena pada zaman itu, di Sumatera Selatan ada sebuah kerajaan dari Dinasti Syailendra yang memeluk agama Buddha yang dibawa dari China. Sehingga terjadi akulturasi budaya antara pembawa agama Buddha dari China dengan masyarakat asli.
Seiring dengan perkembangan zaman, kini Tari Tanggai ditampilkan di acara-acara yang mengundang banyak tamu, sala satunya adalah acara pernikahan. Selain ditampilkan di acara pernikahan, tarian ini ditampilkan pula di acara-acara festival budaya, acara organisasi, bahkan acara sekolah.
Gerak Tari Tanggai
Gerak pada Tari Tanggai terbagi menjadi tiga bagian, yaitu gerakan awal, gerakan pokok dan gerakan akhir. Pada bagian gerakan awal, gerakan terdiri dari masuk dengan posisi sembah, gerakan borobudur hormat, gerakan sembah berdiri, jalan keset, kecubung berdiri bawah kanan kiri, kecubung berdiri atas kanan kiri, dan ukur benang.
Gerak tarian bagian pokok biasanya terdiri dari tutur sabda, sembah duduk, tutur bunga duduk kanan dan kiri, stupa kanan dan kiri, tutur sabda, borobudur, dan ukur benang. Sedangkan gerak bagian akhir terdiri dari tolak bala kanan kiri, nyumping kanan kiri, mendengar berdiri kanan kiri, tumpang tali, ulur benang berdiri kanan kiri, sembah berdiri, borobudur berdiri, dan borobudur hormat.
Lagu dan Musik Pengiring Tari Tanggai
Lagu yang menjadi pengiring Tari Tanggai adalah lagu berjudul Enam Bersaudara yang diiringi oleh alat-alat musik antara lain: akordion, biola, gendang, dan gong. Alat-alat musik ini berfungsi mengatur ritme sekaligus menjadi identitas kebudayaan Melayu.
Sementara itu, lagu pengiringnya yaitu lagu Enam Bersaudara yang melambangkan masyarakat Palembang yang hidup dengan harmonis. Meskipun masih tidak diketahui siapa yang pertama kali menciptakan syair lagu Enam Bersaudara ini, namun syair ini populer di kalangan masyarakat Sumatera Selatan, terutama di Kota Palembang.
Busana Penari Tari Tanggai
Penari menggunakan pakaian adat yang terdiri dari bawahan berupa kain songket, atasan berupa dodot, dilengkapi dengan pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau ramai, tajuk cempako, kembang goyang, dan tanggai yang terpasang di kedelapan jemari tangan penari.
Itulah ulasan singkat tentang Tari Tanggai dari Kota Palembang yang menceritakan bagaimana masyarakat Palembang memuliakan tamu.
Baca juga:
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.