Tari adat tradisional dari Sulawesi Tenggara – Seni tari sangat erat dengan budaya masyarakat di Indonesia.
Ratusan suku bangsa di Indonesia masing-masing mempunyai kebudayaannya yang khas. Kebudayaan berkesenian mengekspresikan rasa dan agama.
Tari adat tradisional dari Sulawesi Tenggara adalah budaya Indonesia yang harus dilestarikan terus ada sampai kapan pun.
Dari Sabang sampai Merauke, beraneka ragam seni tari yang dimiliki sebagai kekayaan budaya.
Tari menjadi salah satu seni yang paling tua dan paling banyak macamnya.
Suku Tolaki, Suku Buton, Suku Muna, dan Suku Moronene membentuk keunikan budaya di Sulawesi Tenggara.
Tari Adat Tradisional Dari Sulawesi Tenggara
Berikut ini kita akan menyajikan ragam tari adat tradisional dari Sulawesi Tenggara yang harus kalian ketahui.
1. Tari Balumpa
Balumpa adalah tari adat tradisional dari Sulawesi Tenggara tepatnya di Kabupaten Wakatobi.
Tari balumpa adalah tari yang menggambarkan kegembiraan masyarakat nelayan di Pulau Binongko.
Tari balumpa berfungsi sebagai tari penyambutan dan sering tampil di pertunjukan seni.
Sebagai tari penyambut tamu, gerakan tari balumpa mengandung makna rasa gembira, kelemahlembutan, dan keramahtamahan masyarakat Binongko.
Tari balumpa ditarikan oleh 6-8 penari perempuan, namun ada juga yang ditarikan secara berpasangan dengan penari laki-laki.
2. Tari Malulo
Tari malulo atau bisa disebut dengan lulo adalah tari adat tradisional dari Sulawesi Tenggara dari Suku Tolaki di Kendari.
Tari persahabatan yang ditujukan untuk muda-mudi sebagai ajang pencarian jodoh.
Lulo mencerminkan bahwa Suku Tolaki cinta damai dan mengutamakan persahabatan dan persatuan.
Tari malulo bisa ditarikan oleh laki-laki, perempuan, remaja, dan anak-anak dengan formasi melingkar sambil berpegangan tangan serta diiringi dengan 2 gong yang berbeda ukuran dan jenis suara.
Tari malulo ditampilkan pada upacara adat di Kendari.
Tari malulo yang sekarang mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman seperti alunan gong diganti dengan musik elekton dan terdapat variasi dalam gerakan tarian.
3. Tari Mangaru
Tari mangaru merupakan tari adat tradisional dari Sulawesi Tenggara tepatnya di Desa Konde, Kecamatan Kambowa, Kabupaten Buton Utara.
Tari mangaru menceritakan keberanian 2 laki-laki di medan perang. Hal ini tersirat jelas melalui gerakannya yakni 2 penari beradu kekuatan bersenjatakan keris di tangan.
Tari mangaru menggunakan alunan musik bertempo cepat dari mbololo, kansi-kansi dan 2 kendang. Tari mangaru biasa ditampilkan pada upacara adat.
4. Tari Lumense
Tari adat tradisional dari Sulawesi Tenggara berikutnya adalah tari lumense, tarian Suku Moronene di Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana.
Lumense diartikan mengais sambil loncat. Tari lumense dulunya sakral, sekarang digunakan untuk menyambut tamu dan pada pesta-pesta rakyat.
Tari lumense menggunakan parang dan beberapa pohon pisang sebagai properti. Ditarikan oleh 12 perempuan, 6 sebagai laki-laki dan 6 sebagai perempuan.
Mereka menari dinamis yang dinamakan moomani. Klimaksnya saat penari terus moomani dan menebaskan parang ke pohon pisang hingga pohonnya jatuh.
Zaman dulu, tari lumense bagian dari pe-olia yaitu ritual penyembahan roh halus untuk menolak bala yang mana penarinya adalah keturunan wolia.
Mereka menari dalam kondisi kesurupan sampai semua pohon pisang ditebas.
5. Tari Kalegoa
Tari Kalegoa juga menjadi salah satu daftar Tari Adat Tradisional Dari Sulawesi Tenggara yang masih sering ditampilkan.
Kalego sendiri adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sapu tangan kebesaran gadis pingitan.
Bentuknya segitiga dan berhias dengan ornamen khas daerah Buton.
Tari kalegoa digambarkan suka duka gadis-gadis Suku Buton saat menjalani tradisi pingitan yang disebut Posuo.
Para gadis diberi petuah dan nasihat dari orang tua agar menjadi gadis yang dewasa dan matang dalam berumah tangga saat menjalani posuo.
Tari kalegoa diciptakan oleh Laode Umuri Bolu ini pernah dipentaskan pada acara resepsi kenegaraan 17 Agustus 1972 di Istana Negara.
6. Tari Umo’ara
Salah satu tari adat tradisional dari Sulawesi Tenggara tepatnya dari Suku Tolaki adalah Tari umo’ara.
Tari umo’ara adalah tari perang yang mempertunjukkan ketangkasan bermain taawu dan menangkis dengan kinia.
Tari umo’ara juga melatih otot melalui hentakan kaki dan melatih ketangkasan mata.
Umo’ara mempunyai arti mencoba. Di masa lalu, tari umo’ara dipentaskan untuk menyambut para prajurit kerajaan Mekongga dan Konawe setelah memenangkan peperangan.
Saat ini, tari umo’ara lebih berfungsi sebagai hiburan, tari penyambutan, dan seni pertunjukan.
Tari umo’ara dibawakan oleh 2-3 penari laki-laki dengan gerakan energik dan diiringi oleh gong.
7. Tari Dinggu
Satu lagi Tari Tradisional dari daerah Sulawesi Tenggara yang terkenal yani Tari Dinggu.
Tari ini adalah tarian rakyat yang menggambarkan mengenai suasana serta aktivitas masyarakat ketika musim panen.
Tari Dinggu juga merupakan Tari Masyarakat Petani Suku Tolaki di Bumi Sulawesi Tenggara karya Anthi Max.
Tari Dinggu adalah salah satu tari tradisional Suku Tolaki yang kemudian dikemas dalam kreasi baru khususnya di daerah Kerajaan Mekongga di Kabupaten Kolaka.
Di mana dalam tarian ini menceritakan tentang suku cita petani ketika menyambut dan melaksanakan panen padi di sawah.
Tari Dinggu merupakan jenis suatu tari yang energik dan ceria menggambarkan betapa semangatnya petani memanen padi berkat keberadaan Dewi Padi atau Dewi Sri (Sanggole Mbae).
Di mana memberikan keberkahan atau usaha yang dilakukan serta dipercaya menjaga kesuburan padi.
Tari Dinggu juga memiliki gerakan yang penuh semangat dan kekompakan.
Di mana bisa dilihat melalui gerakan penari ketika menumbuk lesung dan alu secara bersamaan.
**
Itulah beberapa daftar Tari Adat Tradisional Dari Sulawesi Tenggara yang biasa dipentaskan di berbagai acara tertentu khususnya acara adat dan acara kepemerintahan.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.