6 Kuliner dan Makanan Khas Daruba, Pulau Morotai – Daruba adalah kota terbesar di Pulau Morotai.
Sekilas Daruba
Daruba adalah sebuah desa atau wilayah yang terletak di Kecamatan Morotai Selatan, Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara. Daruba juga menjadi salah satu desa yang memiliki banyak nelayan penangkap ikan di laut. Jadi jangan kaget ya sama makanannya.
Baca juga:
- Mengenal Tari Salai Jin dari Maluku Utara
- Inilah ragam lagu tradisional Maluku
Kuliner dan Makanan Khas Daruba
Nah, dari sekian banyak makanan khas Daruba, Pulau Morotai, inilah 6 di antaranya.
1. Nasi Jaha / Bulu
Bukan nasi jahat ya. Bukan juga bulu rambut. Tapi memang namanya nasi jaha atau nasi bulu. Nasi jaha atau nasi bulu, tidak hanya sebagai makanan khas Daruba saja. Beberapa wilayah di Maluku, Sulawesi, juga ada. Mungkin hanya berbeda nama.
Nasi jaha sendiri dibuat dari beras dan ketan, yang dimasak dengan santan kelapa dan sedikit garam. Lalu dimasukkan ke dalam bulu atau (dalam Bahasa Indonesianya) bambu.
Sebelum adonan dimasukkan, bulu-bulu sudah terlapisi daun pisang di dalamnya. Tujuannya, agar saat sudah matang, adonan yang dimasukkan tidak lengket ke dinding bulu/bambu.
Adonan dalam bulu kemudian diposisikan tegak dengan kemiringan 80 derajat. Lalu dibakar. Sering-seringlah membolak-balik posisi bulu ya. Agar, nasi di dalamnya tidak gosong di satu tempat atau lebih matang merata. Pembakaran selama kurang lebih 1 jam.
Nah, nasi jaha/bulu bisa awet 2 – 3 hari, jika disimpan dengan benar. Nasi jaha biasanya menjadi sajian Hari Raya umat muslim, seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Tapi, nasi jaha juga menjadi makanan khas Daruba untuk sarapan.
2. Bia Rica-rica
Jika yang dimasak rica-rica biasanya daging ayam, bebek atau basur (enthok), maka berbeda dengan di Daruba dan daerah Morotai lainnya.
Salah satu makanan khas Daruba, Morotai, adalah bia rica-rica. Salah satu sajian khas laut utara Indonesia.
3. Kue Waji
Kue waji tidak hanya sebagai makanan khas Daruba, Morotai. Di wilayah lain, baik Maluku maupun Sulawesi, ada waji. Di Jawa, wajik namanya. Kue waji adalah kudapan manis, atas perpaduan dari adonan beras dan gula merah.
Dahulu, masyarakat di Morotai, membuat kue waji bukan dengan beras, tapi bobootene. Bobootene? Bobootene artinya jewawut, ya masih sebangsa dengan padi. Bahkan, bobootene dahulu adalah makanan pokok, sebelum tanaman padi masuk Morotai.
Kue waji dari bobootene memiliki rasa yang lebih enak daripada yang berbahan beras. Di Daruba, Morotai, kue waji lebih sering menjadi salah satu isi bawaan orang yang datang, saat tahlilan atau pernikahan.
Jadi, kalau kamu berkunjung ke Daruba saat ada orang yang membuat pesta hajatan, kue waji bisa dijumpai.
4. Kue Halua Kacang
Memiliki fungsi yang sama dengan kue waji, halua kacang juga dibawa orang yang datang di hajatan besar atau pun tahlilan. Kue halua kacang akan menjadi kudapan para tamu.
Jika di Sanana, Kepulauan Sula, kue halua menggunakan kacang kenari, maka berbeda dengan makanan khas Daruba ini. Di Daruba, Morotai, Kue halua kacang dibuat dari kacang tanah dan gula merah, yang dicampur dan dihaluskan. Manis, seperti kue waji.
Ada bahan lain yang membuat berbeda dengan kue halua di Sanana. Yaitu, campuran singkong goreng yang dicincang-cincang, ke dalam adonan kue halua kacang. Sehingga, kacang yang digunakan sebagai bahan, bisa lebih hemat.
Baca juga:
- Waji Boteme dan Makanan Khas Tobelo
- Halua Kenari dan Makanan Khas Sanana
5. Ikan Asin
Karena hasil seafood yang melimpah, maka tak kurang-kurang deh jika kamu mengunjungi Daruba, Morotai. Salah satunya adalah ikan asin organik dalam kemasan. Ini nih yang bisa kamu jadikan oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Produk yang diberi nama “Morotai Salted Fish” ini, dibuat dari ikan asli lautan di Daruba dan Morotai lainnya. Baik ikan kerapu, lolosi ekor kuning, kakap merah atau putih sampai dengan lencam.
Morotai Salted Fish dibuat tanpa ada penambahan pengawet kimia. Ikan asin kemasan ini, dikemas dalam toples kecil berukuran 100 gram.
Harga: Rp55.000
6. Tempat Kuliner Spesial Seafood
Pulau Morotai pernah mendapatkan rekor MURI dengan catatan pembakaran lobster terbanyak, pada acara Sail Morotai 2012, tepatnya 13 September 2012 lalu. Sejumlah 2012 lobster dibakar oleh 2.236 orang, termasuk Menko Kesra RI, Agung Laksono dan Menteri Kelautan Perikanan, Syarif Cicip Sutardjo.
Setelah pembakaran “massal”, dilanjutkan pesta makan berjamaah dengan seluruh tamu Sail Morotai dan pengunjung yang hadir. Pemecahan rekor bernomor 5.568/R.MURI/IX/2012 itu dilakukan sepanjang jalan 800 meter. Dari pusat perbelanjaan Daruba sampai Tugu Deklarasi.
Lobster dan seafood lainnya, juga menjadi makanan khas Daruba serta wilayah lain di Pulau Morotai.
Kalau kamu mau menikmati lobster ukuran besar dengan puas, datanglah saat musim panen yaitu bulan Januari – April. Di Kota Daruba, kamu bisa lebih mudah menemukan banyak restoran yang menyajikan seafood. Apalagi wilayahnya sangat dekat dengan lautan.
Tapi jangan kaget ketika kamu menyambangi restoran seafood di Daruba. Karena seafood yang menjadi salah satu makanan khas Daruba, Morotai, itu akan diolah dengan cara dibakar bersama mentega. Plus, disajikan dengan sambal khas Maluku dan Sulawesi, yang biasa dikenal dengan sebutan “dabu-dabu”.
Misalnya di Taman Kota Daruba. Mulai sore hari, para pedagang kaki lima sudah menjajakan seafood di area taman bertuliskan MOROTAI D’ALOHA. Pengunjung bisa menikmati seafood berlatarkan pemandangan laut.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.