Tari Buja Kadanda – Berbicara mengenai tari – tarian, setiap daerah tentu memiliki tarian khas. Dulu, tari diciptakan untuk memperingati suatu hal atau peristiwa yang besar. Biasanya digunakan untuk menyemangati, menghibur, atau juga merayakan peristiwa yang telah terjadi.
Tari biasanya ada sejak zaman nenek moyang, yang turun temurun ditarikan oleh generasi penerus. Oleh karenanya, kita yang hidup di masa sekarang ini masih dapat menikmati tari – tarian ini sebagai pertunjukan atau ketika memperingati upacara khusus. Seperti halnya tari Buja Kadanda yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat ini.
Mengenal Tari Buja Kadanda
Tari Buja Kadanda adalah tari tradisional yang menggambarkan ketangkasan prajurit ketika berperang. Tari ini juga sering disebut juga Tari Mpa’a Manca. Berasal dari Desa Maria, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima, NTB. Tari ini adalah kesenian khas Desa Maria, yang mana hanya dapat ditemukan di Desa Maria.
Tarian ini dilakukan oleh dua orang penari, yang menggambarkan dua prajurit yang sedang berperang. Kedua penari ini juga mengenakan pakaian prajurit serta membawa tombak dan perisai sebagai aksesoris tambahannya.
Baca Juga ya : 6 Tari Adat Tradisional Dari Nusa Tenggara Barat
Sejarah Tari Buja Kadanda
Tarian ini tidak diketahui siapa penciptanya, karena dulunya tari ini berkembang di luar lingkungan istana kerajaan. Tarian ini sudah berusia sangat tua, bahkan usianya sudah lebih dari 700 tahun. Masyarakat sekitarlah yang menciptakan tarian ini, yang juga menjadi hak milik oleh masyarakat, bukan perorangan. Karena adanya dukungan dari pihak Kerajaan Bima serta para seniman istana, maka tarian ini mulai diperkenalkan.
Dari sana, tarian ini mulai diketahui oleh masyarakat luas. Nama Buja Kadanda sendiri berarti tombak berumbai bulu ekor kuda. Inilah yang digunakan penari ketika menarikan Tari Buja Kadanda. Dan dari dulu hingga sekarang, para penari masih tetap mengenakan atribut yang sama.
Makna Tari Buja Kadanda
Tari Buja Kadanda diciptakan untuk mengenang dan memberikan apresiasi bagi para prajurit yang berjuang mempertahankan daerah. Selain itu, tarian ini juga berfungsi untuk memperkenalkan kepada generasi muda. Bahwa zaman dulu masyarakat Bima begitu hebat dan berjaya, supaya dapat dicontoh oleh generasi masa kini.
Pertunjukan Tari Buja Kadanda
Jika dulu Tari Buja Kadanda hanya dapat ditemukan di Desa Maria, kini sudah banyak masyarakat yang mementaskan tari ini dalam suatu acara. Tujuannya supaya tarian ini tetap lestari. Dalam pementasannya, tari ini diawali dengan tabuhan musik pengiring.
Kemudian, dua penari datang membawa senjata dan memberi salam kepada penonton. Setelah itu, dua penari ini mulai bergaya dengan tarian masing – masing. Tidak memiliki gerakan seragam, namun lebih kepada gerakan bela diri yang ditampilkan dalam balutan tari.
Bagian paling seru dari tarian ini adalah ketika para penari mulai melakukan gerakan saling menyerang. Gerakan ini dilakukan dengan tombak dan tongkat yang dibawa sebagai atribut tari. Tapi tenang saja, penari ini tidak akan melukai satu sama lain. Dan meskipun tidak menyerang secara nyata, namun tarian ini harus dilakukan oleh mereka yang memiliki keahlian bela diri khusus.
Pengiring Musik Tari Buja Kadanda
Dalam pementasannya, Tari Buja Kadanda diiringi oleh musik dari alat musik tradisional, seperti gong, gendang, serunai, serta ditambahi dengan tawa dari pengiringnya. Hal ini dilakukan supaya tarian lebih hidup dan seru. Apalagi, selama pementasan terdapat dua irama yang berbeda, yaitu irama cepat dan lambat.
Di awal pertunjukan, irama dari musik akan melambat. Sementara ketika sudah masuk dalam adegan saling serang, iramanya menjadi lebih cepat hingga membuat pementasan semakin hidup. Lalu di akhir pementasan, irama kembali melambat yang menandakan pertunjukan akan segara berakhir.
Baca Juga ya : Asal Usul dan Sejarah Tari Kalegoa
Kostum Para Penari Tari Buja Kadanda
Penari Buja Kadanda mengenakan kostum berupa pakaian lengan panjang dan celana panjang. Ditambah ikat kepala atau penutup kepala, yang biasanya dilengkapi juga dengan rumbai – rumbai. Warna pakaian biasanya merah, tapi ada juga yang mengenakan pakaian tari ini berwarna kuning.
Selain itu, para penari juga mengenakan aksesoris tari, yaitu tombak atau tongkat Buja Kadanda dan juga perisai. Dimana dua atribut inilah yang digunakan dalam menari.
**
Kini, di Bima masih sering mempertunjukkan Tari Buja Kadanda. Namun masih sebatas pada tari – tarian di sanggar. Harapannya, generasi penerus akan lebih aktif untuk menampilkan tarian khas daerah ini.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.