Tari Seudati – Aceh telah dikenal luas sebagai salah satu provinsi yang mempunyai banyak kebudayaan dengan nilai-nilai keislaman. Tidak terkecuali tari adat atau tradisionalnya. Salah satu tari yang berasal dari Aceh dan memiliki nilai keislaman adalah tari seudati.
Tari ini dulunya digunakan sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama islam. Lalu, kini telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Aceh dan banyak ditampilkan dibeberapa acara. Misalnya, pada acara pernikahan, adat, pertunjukan ataupun pentas budaya.
Menjadi salah satu tari yang masih terus dipentaskan, tari seudati punya sejarah dan asal usulnya tersendiri. Bahkan, tari seudati ini juga punya banyak keunikan. Simak sejarah dan asal-usulnya berikut.
Sejarah Tari Seudati
Nama dari tari seudati sebenarnya tidak jauh-jauh dari nilai keislaman. Seudati diambil dari bahasa Arab syahadatain, yang berarti kesaksian. Kalimat syahadatain ini biasanya diucapkan oleh umat islam sebagai bentuk kesaksian atau kepercayaan mereka pada Allah sebagai Tuhan dan Nabi Muhammad sebagai Nabi mereka.
Hal ini dimanfaatkan oleh para pendakwah yang memasuki wilayah Aceh. Mereka sengaja memakai nama tersebut untuk dakwah dalam memperkenalkan agama islam.
Baca Juga ya :
- Inilah 5 Lagu Daerah Aceh yang indah dinyanyikan
- Menganal 5 Tari Adat Tradisional dari Aceh yang biasa dipentaskan
Namun, pada saat awal mulanya tari ini muncul, masyarakat sering menyebutnya sebagai ratoh yang punya arti memperagakan. Biasanya masyarakat mementaskan tarian saat acara pembukaan permainan sabung ayam atau saat perayaan panen.
Tari seudati ini mencoba mengisahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta memberikan semacam nasihat untuk keluar dari masalah-masalah itu. Cerita yang dibawakan dalam tari seudati juga beragam, bukan hanya yang sedih, tapi juga kisah yang membahagiakan hingga kisah-kisah yang mampu memberikan gairah semangat kehidupan.
Dikarenakan beberapa cerita yang dibawakan bertujuan untuk membangkitkan semangat, tarian ini sempat dilarang oleh penjajah Belanda, karena takut akan membangkitkan semangat juang warga Aceh. Untungnya, setelah merdeka, tari seudati masih terus dipentaskan bahkan hingga zaman sekarang.
Asal-Usul Tari Seudati
Asal mula munculnya tari seudati diduga berasal dari desa Gigieng, Aceh Utara. Lalu, tarian ini mulai berkembang ke beberapa daerah lain di kabupaten Pidie. Tari ini diperagakan oleh delapan orang yang semuanya adalah laki-laki.
Setiap penari memiliki kedudukannya masing-masing. Nah, dikarenakan tari ini dibawa oleh para pendakwah dari Arab, maka istilah yang dipakai untuk menamai kedudukan penari juga berasal dari bahasa Arab. Misalnya, Syeikh atau pemimpin, Apet atau wakil, Apet Bak dan Apet Sak atau anggota ahli, Apet Unuen, Apet Wie, Apet Wie Abeh, dan Apet Unuen Abeh yang berarti anggota biasa.
Gerakan yang dibawakan di tari seudati terbagi menjadi dua. Gerakan pertama dimulai dari Syeikh yang mempergakan dan diikuti oleh seluruh penari lainnya. Lalu, pada gerakan kedua, justru berlaku sebaliknya.
Keunikan Tari Seudati
Disamping sejarah dan asal-usul tari seudati yang menarik untuk disimak, ada beberapa keunikan lain yang dimiliki tari seudati. Pertama, tari ini tidak menggunakan iringan musik dan hanya mengandalkan gerakan tubuh, petikan jari, hentakan kaki, serta tepuk tangan sebagai iringannya.
Kedua, busana yang dikenakan oleh para penari juga mewakili kebudayaan Aceh. Seperti halnya kain songket untuk bawahan yang dililit pinggang, rencong yang diselipkan di pinggang, tangkulok sebagai ikat kepala berwarna merah. Lalu, untuk atasan memakai kaos oblong.
Uniknya lagi, dalam tari seudati, tarian dibagi menjadi menjadi beberapa babak yaitu babak Glong, Babak Saleum, Babak Likok, Babak Saman, Babak Kisah, Babak Cahi Panyang, Babak Lanie, dan terakhir penutup.
Selain itu, ada juga yang disebut pola lantai yang digunakan untuk memberi variasi gerakan tari seudati. Pola itu dinamai sebagai Puto Taloe, Lidah Jang, Lang-Leng, Bintang Buleun, Tampong, Binteh, Tulak Angen, Dapu, Dan Kapai Teureubang.
Keunikan yang paling khas dari tari seudati yaitu pada kisah dan syair yang dibawakan. Meskipun umumnya kisah yang dibawakan berhubungan dengan kejadian di masyarakat, tapi kisah tersebut akan dikaitkan dengan nilai-nilai yang ada di agama Islam. Sehingga, kisah itu tidak hanya menarik dari segi penceritaan, namun dari segi amanat juga sangat kuat.
Dari sejarah dan asal-usul tari seudati, sangat pantas untuk tetap mempertahankan tari ini sebagai bagian dari adat Aceh. Tari seudati bukan hanya untuk hiburan semata, tapi juga untuk menambah pengetahuan tentang nilai-nilai Islam yang sangat lekat di masyarakat Aceh.
Baca juga:
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.