Kota Pangururan – Pangururan adalah sebuah kecamatan dan merupakan ibukota di Kabupaten Samosir, Sumatra Utara, Indonesia. Pangururan termasuk destinasi wisata lokal maupun internasional karena terletak dalam Geopark kaldera toba.
Wilayah Kota Pangururan sebagian besar berada di Pulau Samosir (di tengah Danau Toba) dan sebagian kecil di daratan Sumatra (Desa Tanjungbunga dan Kelurahan Siogungogung).
Sejarah Kota Pangururan
Kota Pangururan memliki luas wilayah 121,43 km² dengan kepadatan penduduk 246,14 jiwa/km², Pangururan dipimpin oleh seorang pejabat yang bernama Mangihut Situmeang. Kota Pangururan memiliki 3 kelurahan yang terbagi dalam 25 desa.
Kota Pangururan sejak dulu hingga sampai saat ini mempunyai sejarah yang begitu panjang. Mulai dari Pangururan berbentuk huta atau perkampungan sederhana yang awalnya dihuni oleh orang-orang Batak Toba hingga terbentuk menjadi kota seperti sekarang ini.
Pangururan berasal dari kata urur yang artinya kasau atau kayu bulat. Pangururan sebagai jalur perlintasan lewat Tano Ponggol yang merupakan daerah transit dalam melakukan aktivitas perdagangan oleh orang-orang dari Sidikalang, Tanah Karo, dan Sumbul.
Masuknya Belanda ke kota Pangururan tahun 1906 membawa perubahan yang cukup berpengaruh dalam bidang infrastruktur seperti pembangunan jembatan, jalan, rumah ibadah, dan gedung-gedung. Setelah ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten Samosir, Kota Pangururan berubah menjadi pusat pemerintahan dan tempat perdagangan.
Adanya fasilitas-fasilitas diperkotaan seperti sarana hiburan dan tempat wisata turut memajukan wilayah ini. Sampai saat ini pertumbuhan penduduk terus bertambah dan membuat kota Pangururan semakin padat, berbagai etnis berkumpul di sini.
Tempat Wisata di Kota Pangururan
Di Kota Pangururan ini terdapat satu desa yang memiliki suasana alam begitu indah dan cukup banyak disinggahi oleh wisatawan asing. Desa ini bernama Lumbansuhi. Di Pangururan juga terdapat dua pemandian air belerang yang sering di kunjungi dari mancanegara dan masyarakat lokal. Yaitu pemandian belerang di siogung-ogung dan air belerang di pintu batu.
Adapun destinasi wisata favorit lainnya adalah “Aek Rangat Pangururan Samosir”. “Aek Rangat” memiliki arti hot spring/air panas. Dinamakan air panas karena destinasi wisata yang berupa pemandian ini berada pada lereng Gunung Pusuk Buhit yang dikenal masih aktif.
Air panas tersebut berasal dari sumber mata air yang keluar dari batuan berwarna putih atau batu kapur. Air panas kemudian dialirkan ke kolam-kolam yang dikelola oleh penduduk setempat dan didukung oleh pemerintahan Samosir.
Tempat Kuliner di Kota Pangururan
Berikut beberapa tempat kuliner populer yang ada di Pangururan:
1. Rumah Makan Islam Ridho
Rumah Makan Islam Ridho adalah Indonesian Restaurant yang beralamat di Kota Pangururan Samosir.
2. RM Mas Budi
RM Mas Budi adalah Restaurant yang berjarak 0.00 KM dari Pangururan, lebih tepatnya beralamat di Tiga Besar – Panguruan – Sumatera Utara.
3. Rumah Makan Bahagia
Rumah Makan Bahagia adalah Indonesian Restaurant yang berjarak 2.49 KM dari Pangururan, lebih tepatnya beralamat di Jl. Pulau Samosir – Panguruan -Sumatera Utara.
4. Rumah Makan Yakhin
Rumah Makan Yakhin adalah Diner yang berjarak 2.76 KM dari Pangururan, lebih tepatnya beralamat di tengah Kota Pangururan Samosir.
5. RM. Ojo Lali
Ojo Lali adalah Diner yang berjarak 2.47 KM dari Pangururan, lebih tepatnya beralamat di Jl. FL Tobing – Panguruan – Sumatera Utara.
Keunikan dan Kebiasaan Warga Kota Pangururan
Mayoritas penduduk yang mendiami Pangururan bersuku Batak Toba. Salah satu keunikan suku Batak Toba adalah adanya pemahaman harus menghargai leluhur. Pemahaman ini diaplikasikan pada pengakuan terhadap tempat-tempat suci dan aktivitas adat dalam kehidupan sehari-hari.
Kepatuhan dan keyakinan masyarakat Batak Toba terhadap hal yang bersifat leluhur dan kewajiban adat hampir tidak bisa dipisahkan antara kegiatan adat dan keagamaan. Keyakinan ini dibuktikan dengan pemikiran masyarakat Batak Toba yang masih mengenal tempat suci atau sakral selain tempat ibadah, diantaranya Makam leluhur, Kampung leluhur dan Tugu marga.
Masyarakat Batak Toba selalu memberikan perlakuan khusus pada tempat-tempat itu. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh adanya keyakinan akan munculnya suatu dampak apabila tidak menghargai tempat –tempat suci.
Kesenian dan Kebudayaan Kota Pangururan
Bahasa daerah yang digunakan di Pangururan adalah bahasa Batak, sedangkan rumah adatnya disebut gorga. Dalam hal kebudayaan, sebagian penduduk masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.