Halo warga Banten khususnya buat warga Lebak. Kali ini saya mencoba mengulas sebuah museum yang terbilang museum baru di Kabupaten Lebak Banten. Museum Multatuli adalah sebuah museum anti-kolonial pertama di Indonesia yang diresmikan oleh Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya dan Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid pada Februari 2018 lalu di Rangkasbitung, Lebak, Banten.
Museum Multatuli merupakan sebuah museum yang berada di gedung kuno atau bekas bangunan tua yang sudah dibangun sejak tahun 1923. Semula bangunan Museum Multatuli ini adalah sebuah bangunan bekas kantor sekaligus kediaman wedana Lebak. Bangunan yang pernah berjaya dimasanya ini masih mempertahankan design pertamanya dengan ciri khas gaya kolonial dipadukan dengan desain interior modern.
Baca juga ya :
- Pantai Pangasan, Wisata Baru di Pacitan
- Camping Seru di Pulau Papatheo, Pulau Tanpa Penghuni dikepulauan Seribu
Dibeberapa sudut ruangan terpasang cerita dan Kisah sejarah Museum Multatuli yang ditampilkan melalui ilustrasi grafis modern dan kekinian. Mungkin didesign sedimikian uniknya dan apik agar bisa menarik minat pengunjung dikalangan anak muda yang saat ini sudah jarang mulai berkunjung ke museum.
Ruangan yang ada di Museum Multatuli
Saat ini Museum Multatuli memiliki 7 ruang untuk pameran yang menampilkan semua cerita dan sejarahnya. Setiap ruangan mewakili periode di dalam sejarah kolonialisme. Misalnya saja pada Ruang pertama. Diruangan ini sudah terpasang hiasan wajah Multatuli yang terbuat dari kepingan kaca dan tertulis kalimat yang cukup terkenal dan pernah diucapkanya yaitu: “Tugas Seorang Manusia Adalah Menjadi Manusia”.
Sementara diruang kedua gedung Museum Multatuli menampilkan kisah pada awal masa kedatangan penjelajah Eropa ke Bumi Nusantara Indonesia. Beranjak ke ruangan ke 3 kita akan melihat ruangan yang menceritakan sejarah Bangsa yang cukup menyayat hati yakni pada masa tanam paksa dengan fokus budidaya kopi.
Baca juga destinasi ini :
Sedangkan di ruangan ke-4 menampilkan deretan tokoh-tokoh penting pada awal gerakan kemerdekaan. Berlanjut ke ruangan Kelima Museum Multatuli, kita bisa melihat ruangan yang banyak menceritakan tentang kisah dan gerakan perlawanan rakyat Banten terhadap penjajah Belanda.
Di ruangan Ke-6 ada beberapa kisah menarik tentang rangkaian kronologis beberapa peristiwa penting yang pernah terjadi di Lebak dimasa zaman purbakala. Dan untuk ruangan terakhir yakni ruangan ke-7 menampilkan banyak foto-foto para tokoh yang pernah lahir di Lebak dan juga hal-hal yang terinspirasi dari Lebak.
Menurut saya Museum Multatuli ini sudah terbilang sebagai salah satu museum yang cukup Modern karea sudah menggunakan berbagai jenis multimedia, baik dalam bentuk podcast maupun video yang diputar pada layar monitor. Misalanya saja saat kita berada di ruangan ke-4, disana ada sebuah video singkat mengenai Multatuli yang menghadirkan wawancara Pramoedya Ananta Toer.
Beberapa Layar monitoryang menampilkan kisah-kisah maupun potret koleksi juga menggunakan layar. Bahkan diruangan ke-7 kita bisa mendengar rekaman suara penyair Rendra yang membacakan sajak “Demi Orang-orang Rangkasbitung” dengan cukup jelas.
Koleksi Museum Multatuli
Beberapa benda bersejarah juga disimpan di Museum Multatuli. Seperti misalnya ubin rumah asisten residen Lebak yang juga pernah ditempati Eduard Douwes Dekker alias Multatuli yang bertugas sejak 22 – April 1856. Yang menjadikan lebih bersejarah adalah karena Ubin ini bersama dengan satu ubin lain yang berwarna hitam, pernah berada di Belanda.
Namun Pada 1987 Arjan Onderdenwijngard, seorang jurufoto dan wartawan Belanda, datang ke Rangkasbitung untuk perjalanan jurnalistik menelusuri jejak Multatuli. Tanpa sengaja dia menemukan dua ubin itu tak jauh dari reruntuhan rumah Multatuli dan menyelamatkannya ke Belanda. Setelah sekian lama, akhirnya Pada 2016, Multatuli Genootschap menyerahkan ubin ini kepada Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya di Amsterdam, Belanda. Sedangkan satu ubin berwarna hitam kini tersimpan di Multatuli Huis, Amsterdam. Selain ubin, ada koin kuno dari tahun 1857 dan alat giling kopi kuno.
Koleksi museum Museum Multatuli lainnya adalah dua buah surat penting yakni surat Eduard Douwes Dekker untuk Raja Willem III dan surat Sukarno kepada sahabatnya Samuel Koperberg. Surat Eduard Douwes Dekker kepada Raja Belanda Willem III ini berisi protes atas situasi di tanah jajahan yang pernah dialaminya serta pemberitahuan perihal naskah buku Max Havelaar yang akan terbit.
Dalam surat ini juga Douwes Dekker memohon agar Raja Willem III memberikan perhatian lebih kepada Hindia Belanda yang dikelola sembarangan dan banyak merugikan rakyat. Sedangkan surat Sukarno kepada Samuel Koperberg dikirim dari lokasi pembuangannya di Ende Flores Nusa Tenggara Timur.
Baca juga yah wisata ini :
- Wah di Tangerang ada pantai juga ternyta, Ini lokasinya
- Kebun Raya Terluas di Indonesia ada di Kebun Raya Bedugul
Sukarno mengungkapkan kondisinya saat dia ditempatkan di kota Ende dimana kota ini menurutnya sangat sepi, jalanan berdebu dan hawanya sangat panas terlebih kota Ende berada tepat ditepi Laut. Oh ya, Pemerintah kolonial Belanda mengasingkan Sukarno ke Ende selama empat tahun lamanya yakni antara tahun 1934 hingga tahun 1938.
Saat memasuki museum, kita akan melihat patung karya pematung terkemuka Dolorosa Sinaga. Patung keren ini adalah karya seni patung instalasi pertama di Indonesia, di mana pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan patung ini. Patung tersebut menceritan tentang bersatunya manusia-manusia yang mendambakan keadilan tanpa peduliasal-usul ras dan bangsanya dan juga mengajarkan kita untuk lebih semangat mencari ilmu pengetahuan lewat buku.
Lokasi Museum Multatuli
Museum Multatuli Banyaknya kunjungan wisatawan dari luar Lebak Banten seperti dari Jabodetabek. Hal ini dikarenakan mudahnya akses ke Museum Multatuli jika menggunakan KRL commuter line. Jarak dari museum ke Stasiun Rangkasbitung, hanya sekitar satu kilometeran saja. Museum Multatuli berada di Jl. Alun-Alun Timur No.8, Rangkasbitung Barat, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten.
Museum Multatuli mulai Buka setiap hari dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 15.00 sore. Nah Buaa temen-temen yang ingin mengkontak Museum Multatuli silahkan hubungi nomor 0822-4454-7542 atau email ke museummultatulilebak@gmail.com
Ingat jangan sampai lupa dengan Sejarah ya karena Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan Sejarahnya. Selamat berkunjung
Tuty prihartiny
Cuzzlah ke saya. Salah satu museum yang mesti kudu harus di datangi nih….
seringjalan
yuk ka tuty , kita kesana