Tari Ratoh Duek atau Ratoeh Duek merupakan tari tradisional dari Provinsi Aceh. Kata ratoh berasal dari Bahasa Arab rateeb, yang artinya kegiata berdoa atau berdzikir yang diiramakan. Sedangkan kata duek artinya posisi duduk. Sehingga Ratoh Duek dapat diartikan kegiatan berdoa berirama yang dilakukan sambil duduk. Tari Aceh sendiri pada dasarnya dibedakan menjadi tari duduk (duek atau meusaman) dan tari berdiri (dong).
Di luar Aceh, tarian ini sering disalahartikan sebagai Tari Saman, padahal keduanya adalah tarian yang berbeda. Perbedaan yang paling mencolok adalah tari Ratoh Duek dilakukan oleh remaja putri sedangkan Tari Saman dilakukan oleh para lelaki.
Kendati demikian, Ratoh Duek telah dikenal secara nasional hingga internasional. Di sekolah menengah atas hingga di berbagai universitas di Pulau Jawa misalnya, telah banyak yang mengadakan ekstrakurikuler hingga pertunjukkan Tari Ratoh Duek. Di kancah internasional pun, tari ini sering dipentaskan sebagai salah satu media diplomasi maupun tukar budaya.
Baca juga 6 Tari Adat Tradisional dari Aceh
Makna Tari Ratoh Duek
Tari Ratoeh Duek menggambarkan semangat dan kebersamaan masyarakat Aceh. Harmoni antara syair dan tepukan berirama para penari mengungkapkan kekompakkan masyarakat Aceh dalam kegiatan sehari-hari.
Ratoeh Duek mengandung berbagai variasi gerak tari tradisional duduk. Tarian ini pun menginspirasi lahirnya kesenian tari duduk lainnya, seperti Tari Ratoeh Jaroe yang dipentaskan di pembukaan Asian Games 2018.
Ketentuan Tari Ratoh Duek
Tari Ratoeh Duek dilakukan dalam jumlah genap, biasanya berjumlah 8 hingga 12 orang. Selain penari, terdapat pula syahi dalam Ratoeh Duek. Syahi adalah pelantun syair yang berada di luar formasi penari, yang biasanya berjumlah dua orang. Berikut adalah sepenggal syair pembuka dalam Tari Ratoeh Duek:
Assalammualaikum, jamee baro trok
Tameung, tameung jak pioh u ateuh tika
Karena, karena saleum Nabi kheun Sunnah
Jaro, Jaro ta mumat syarat mulia..
Penari akan melakukan tarian sambil duduk, dengan formasi lurus berbanjar. Gerakan utama di tari ini adalah tepukan di dada dan paha. Tepukan tersebut dilakukan seirama degan syair yang dilantunkan oleh syahi. Selain itu, secara umum ada pula gerakkan menjentikkan jari, menggelengkan kepala, berlutut dan membungkukkan badan hingga kepala penari nyaris menyentuh lantai.
Lebih spesifik, Tari Ratoh Duek terdiri dari beberapa ragam gerakan. Diantaranya adalah gerak saleum pembuka, gerak hai ba kusen, gerak lahe tujan, gerak ku ayoen ilallah, gerak kutidhing, gerak yahuallau ee haa, gerak la illa la illa lahee, gerak hai jalla tun, gerak arok pulo pineung, gerak kosong (tanpa syair), dan gerak saleum penutup.
Tari Ratoh Duek tidak mengenakan properti tari apapun. Kostum yang digunakan adalah baju khas Aceh yang telah dimodifikasi. Adalah pakaian polos yang dipadukan dengan kain songket Aceh, serta hiasan kepala dan ikat pinggang.
Perbedaan Tari Ratoh Duek dan Tari Saman
Keduanya sama-sama dilakukan dalam posisi duduk, namun jika ditelaah lebih mendalam, maka kita akan menemukan perbedaan-perbedan lainnya. Sejak ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO, Tari Saman hanya boleh dilakukan oleh laki-laki dalam jumlah ganjil. Sedangkan penari Ratoh Duek dilakukan oleh remaja putri berjumlah genap.
Jika dilhat dari pelantunan syairnya, maka di Tari Saman memiliki tiga bagian syair yang telah menjadi aturan tetap. Bagian pertama dilakukan dengan alunan keras oleh penangkat, bagian kedua dilakukan oleh penari, dan bagian ketiga dilakukan bersama-sama. Syair Tari Saman menggunakan Bahasa Gayo. Irama dalam Tari Saman dikendalikan oleh seorang penangkat yang berada di tengah formasi penari.
Sedangkan di Tari Ratoeh Duek, irama dipandu oleh syahi yang melantunkan syair secara biasa. Syair tersebut kemudian disahut dan diikuti oleh seluruh penari. Syair dalam Tari Ratoh Duek menggunakan bahasa Aceh.
Dari sisi gerakan pun, Tari Ratoh Duek cenderung lebih fleksibel dan lebih mudah dikreasikan disbanding Tari Saman. Sedangkan dari sisi kostum, Tari Saman menggunakan pakaian adat khas Gayo yang disebut dengan baju kantong, dan Tari Ratoh Duek menggunakan baju adat Aceh.
Untuk musik pengiring, Tari Saman tidak mengunakan instrumen musik apapun. Sedangkan dalam Tari Ratoh Duek menggunakan iringan rapai. Rapai sendiri adalah alat musik pukul yang berasal dari Aceh.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.