Tari Beksan Wireng merupakan kesenian tari yang asalnya dari Kasultanan Surakarta atau Solo, Jawa Tengah. Dalam sejarahnya yang merujuk pada Serat Centhini yang mulai disusun pada tahun 1814 silam.
Asal Usul Tari Beksan Wireng
Tari Beksan Wireng telah ada sejak abad ke-11 atau pada jaman kerajaan Jenggala-Kediri. Keberadaan tari Beksan Wireng ini masing-masing memang ada pada berbagai serat termasuk Serat Centhini, Serat Sastramiruda, Serat Weddataya, dan Serat Kridhwayangga.
Pada serat Chentini dan serat Kridhwayangga, Panji Inukertapati yang mempunyai gelar Prabu Suryamisesa, tetapi di dalam Serat Centhini menyebutnya Suryawisesa.
Serat Chentini dan Panji dikenal karena mahir atau pandai dalam menari, memiliki suara yang merdu pada saat bernyanyi, mahir dalam memainkan gamelan dan juga pandai dalam bercerita.
Hal ini terjadi pada saat Panju memerintah di tahun 1145 silam dan masyarakatnya pun mulai mempelajari dan memahami tari dan lagu.
Baca Juga ya :
- Sejarah dan Makna Tari Bondan Jawa tengah
- Uniknya Tari Gambyong Tarian Elok Khas Jawa Tengah
Tari Beksan Wireng diciptakan oleh Prabu Amiluhur dengan tujuan supaya sang putra beliau aktif dalam keprajuritan dengan memanfaatkan persenjataan perang serta cinta kepada negeri.
Tujuan diciptakannya Tari Beksan Wireng ini adalah untuk menyemangati para prajurit perang yang jumlahnya empat orang. Selain itu agar mereka lebih mahir atau tangkas dalam berperang di kerajaan.
Secara singkatnya, Tari Beksan Wireng ini hanya menggambarkan olah keprajuritan dan perang tanding, tetapi tidak ada yang kalah atau menang.
Tari Beksan Wireng ini berasal dari kata Wira dan ‘Aeng‘ yang artinya yaitu prajurit yang unggul, yang ‘aeng‘, yang ‘linuwih‘.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa kata ‘Wira‘ berarti prajurit yang unggul dan linuwih.
Makna Tari Beksan Wireng
Pada dasarnya Tari Beksan Wireng ini hanya bercerita tentang keprajuritan dan tidak ada cerita lain yang terkandung di dalamnya.
Hal ini terlihat dalam tarian tersebut bahwa sang penarinya membawa alat berupa tombak dan tameng yang mencerminkan kegagahan dan keperkasaan bangunan seni yang ada di Indonesia.
Pertunjukan Tari Beksan Wireng
Tari Beksan Wireng ini biasanya dibawakan oleh laki-laki secara berpasangan dengan menggunakan kostum layakanya seorang prajurit.
Saat membawakan Tari Beksan Wireng, penarinya menggunakan busana dan gerakan yang sama atau kembar. Dalam Tari Beksan Wireng tidak terdapat dialog atau ontowacono serta tanpa menggambarkan suatu cerita tertentu.
Instrumen musik yang mengiringi Tari Beksan Wireng tidak menggunakan gendung sampak, hanya iramanya kendho. Gendung satu yang artinya Gendhing Ladrang kemudian diteruskan dengan Gendhing Ketawang.
Tari Beksan Wireng yang terdapat pada karya sastra
1. Tari Beksan Wireng dalam Serat Sastrawiruda
Serat Sastrawiruda merupakan karya sastra dengan huruf Jawa yang diterjemahkan oleh Kamajaya. Isi dari serat Sastrawiruda adalah percakapan anatara Kanjeng Pangeran Arya Kusumadilaga (seorang dalang yang ahli dalam wayang pura) dan muridnya yang bernama Mas Sastramiruda.
Tari Beksan Wireng unsur utamanya menitikberatkan pada keterampilan dalam memainkan keris dan andhadap yang artinya menari dan memegang perisai, sambil diiringi oleh Gamelan Slendro.
2. Tari Beksan Wireng dalam Weddataya
Di dalam serat Weddataya pada tanggal 10 November tahun 1923 silam yang merupakan hasil cipta kelompok atau pakepalan di kota Surakarta. Isi dari serat Weddataya yang berkaitan dengan tari Beksan Wireng ini adalah adanya struktur tari atau urutan sekaran (gerakan) dan juga pemberian nama gerakan sekaligus maknanya.
Gerakan Tari Beksan Wireng
Tari Beksan Wireng ini dipentaskan oleh dua pasangan laki-laki. Wujud tariannya sama dan di dalam tarian tersebut tidak mengambil unsur cerita apapun. Gaya pakaian dalam kostum Tari Beksan Wireng sama.
Tidak menggunakan lagu sampak atau srepeg, hanya menggunakan irama atau tempo yang cepat dan kencang karena dalam Tari Beksan Wireng ini terdapat gerakan perang tanding. Karena hanya sebuah kesenian tari tradisional saja, maka dalam gerakan perang Tari Beksan Wireng ini tidak ada yang menang maupun kalah.
Dalam perkembangannya, tari Beksan Wireng ini dibagi menjadi enam jenis yaitu. Panji sepuh, Panju Anem, Dhadap Kanoman, Jemparing Ageng, Lhawung Ageng dan Dhadap Kereta.
Tarian Beksan Wireng ini tentunya patut untuk dilestarikan dan juga kerapkali dipentaskan di berbagai acara termasuk di daerah Kesultanan Surakarta.
Sumber: Ilmuseni.com, budayajawa.id, blogkulo.com
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.