Tari Gunde merupakan kesenian tradisional tari yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Sangihe (Talaud dan Siau Tagulandang dan Biaro) Provinsi Sulawesi Utara.
Nama Gunde atau Unde berarti sebuah gerakan yang halus, sehalus budi pekerti seorang wanita.
Maka dari itu, tarian ini hanya dipentaskan oleh kaum perempuan saja sehingga sering dikatakan Salaing Bawine.
Salaing dalam bahasa Sangihe adalah tar atau gerak, sementara Bawine dalam bahasa Sangihe adalah wanita atau perempuan.
Tari Gunde juga termasuk tarian klasik yang cukup dikenal di Sangihe, Sulawesi Utara.
Tarian ini masih sering dipertunjukkan di berbagai acara seperti upacara adat, penyambutan dan berbagai acara budaya lainnya.
Masyarakat Sangihe Talaud sendiri menjadikan tarian ini sebagai tari penyembahan kepada Genggona Langi atau Allah Semesta Alam, kemudian sebagai tari istana yang pada akhirnya menjadi milik rakyat atau tarian tradisional.
Asal Usul Tari Gunde
Tari Gunde sudah menjadi kebiasaan turun-temurun bagi masyarakat Sangihe dan masyarakat Talaud.
yang mana berperan dalam berbagai upacara adat, dan pakaiannya pun menggunakan Laku Tepu atau busana adat setempat.
Dengan begitu Tari Gunde belum bisa dikembangkan dan masih dipertahankan keasliannya pada masyarakat sebagai tari sakral.
Gerakan Tari Gunde merupakan tarian sederhana.
Tarian Gunde digerakan secara lemah-gemulai dengan diiringi lagu Sasambo dan alat musik Tagonggong sebagai lambang kehalusan budi dan keagungan wanita Sangihe Talaud.
Hal tersebut diartikan dari para penari gunde yang terdiri dari 13 orang wanita dan Pangataseng atau seorang pemimpin tari.
Makna Tari Gunde
Bagi masyarakat Sangihe, Tari Gunde merupakan tarian yang dianggap sakral dan memiliki makna filosofi tersendiri bagi mereka.
Dari urutan Tari Gunde, kita akan membahasnya satu-persatu:
1. Pertama diawali dengan penari yang memasuki pentas dan menari dengan gerakan lemah lembut.
2. Kedua, para penari memberikan gerak (Salaing) Mamidura (Hormat) pada tamu dan penonton sebagai pembuka.
3. Yang kemudian Salaing Bawine yang menggambarkan kehalusan dan keagungan serta kehalusan budi pekerti wanita.
4. Dilanjutkan dengan Salaing Sasahiola (Sahola) yang menggambarkan kegembiraan atau sukacita para penari.
5. Kemudian Salaing Sonda yang menggambarkan ketangguhan serta emansipasi wanita.
6. Salaing Balang yang menggambarkan perjuangan dan tanggungjawab kaum wanita, yang mana akan menjadi ibu rumah tangga.
6. Salaing Duruhang yang menggambarkan mencari kebahagian.
7. Dan yang terakhir, Mamidura sebagai bentuk hormat atau penutup.
Baca Juga :
- Inilah 6 Kuliner dan Makanan Khas Gowa Sulawesi Selatan yang Lezat
- Catat 6 Tempat Wisata di Kota Pare-Pare Sulawesi Selatan
Pertunjukan Tari Gunde
Biasanya Tari Gunde terdiri dari 7 babak, Seperti sudah kita bahas sebelumnya.
Tarian ini akan diiringi musik eskternal atau memakai musim pengiring di luar penari yaitu Tagonggong (alat musik etnik suku Sangihe, Talaud, san Sitaro) dan Sasambo (menyanyi etnik yang berasal dari suku Sangihe Talaud dan Sitaro).
Susunan musik pada irama Tanggonggong dan Sasambo sama dengan gerakan Salaing Bawine, yang juga disebut lagu Bawine dan harus dimainkan dengan cara dipukul dengan pola ritme dan Sasambo Bawine.
Kemudian Diikuti dengan gerakan Sasahola, Sonda, Balang, dan Duruhang.
Sementara Mamidura yang merupakan gerakan penghormatan pada bagian pembuka dan penutup diriingi hanya pukulan biasa atau hanya rall.
Pakaian Tari Gunde yang disebut Laku Tepu yang juga menjadi pakaian tradisional ini berupa blus sepanjang setengah betis dan rok hingga mata kaki, lalu menggunakan Bawandang atau selendang.
Dan untuk riasan wajah atau makeup, penari hanya menggunakannya sesuai dengan kebutuhan dan kewajaran saja.
Dikepala para penari juga dibuat konde adat atau Botopusige, lalu diberi Papili atau mahkota, dan ditambah anting-anting ditelinga.
Perkembangan Tari Gunde
Tarian Klasik ini masih terus dijaga dan dilestarikan keberadaannya dengan masyarakat Sangihe di Sulawesi Utara.
Keaslian tari ini juga masih dipertahankan, mau itu dalam segi gerak, pengiring alunan musik, hingga kostum yang digunakan para penari masih tetap sama.
Tari Gunde juga masih dipertunjukan sebagai penampilan upacara adat, pernikahan, penyambutan, hingga acara adat lainnya.
Namun, seiring berkembangnya waktu, kini Tari Gunde mulai sering dipentaskan di berbagai acara seperti pentas seni dan acara festival budaya tingkat daerah, tingkat nasional, hingga ke tingkat internasional.
Hal tersebut juga menjadi upaya masyarakat agar Tari Gunde semakin dikenal bagi generasi muda dan masyarakat luas akan budaya yang mereka miliki selama ini.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.