Tari Gareng Lameng – Sebagai warga negara Indonesia, sudah selayaknya kita merasa bangga akan kekayaan wisata alam dan juga wisata budaya.
Dari Sabang hingga Merauke, setiap jengkal daratannya menyimpan keindahan masing-masing.
Misalnya saja di bagian tenggara Negara Indonesia, terdapat sebuah provinsi bernama Nusa Tenggara Timur atau biasa disingkat menjadi NTT.
Kota Kupang sudah dipilih untuk menjadi ibukotanya dan pusat kegiatan pemerintahan.
NTT biasa juga sebut bumi Flomabora, yang merupakan penggabungan dari nama pulau-pulau besar yang merupakan bagian dari Provinsi NTT yaitu Flores, Sumba, Timor, dan Alor.
Selain itu juga terdapat pulau-pulau kecil seperti Pulau Rote dan juga Pulau Semau.
Melihat lebih dekat Provinsi NTT, terdapat beberapa etnis yang mendiami daratan ini dengan bahasa dan juga adat yang berbeda-beda.
Terdapat kira-kira 15 suku yang ada di NTT, beberapa diantaranya adalah Suku Helong, Dawan, Tetun, Rote, Sikka-Kroweng Muhang, Lamaholot, Alor Pantar, dan masih banyak lagi.
Suku-suku tersebut memiliki total lebih dari 60 bahasa. Salah satunya adalah bahasa Austronesia yang digunakan penduduk di Pulau Alor.
Lebih dari separuh penduduk di Provinsi NTT memeluk agama Katholik, sedangkan sisanya memeluk agama Kristen, Islam, Marapu, Hindu, dan Budha.
Marapu adalah kepercayaan penduduk asli Pulau Sumba yang menjunjung pemujaan kepada nenek moyang dan juga leluhur.
Bicara tentang wisata budaya, salah satu bentuknya adalah berupa tarian.
Bayangkan saja, terdapat lebih dari 350 tarian daerah yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia, dan salah satunya yang berasal dari NTT adalah bernama Tari Gareng Lameng.
Tari Gareng Lameng Melambangkan Rasa Syukur dan Panjatan Doa
Tari Gareng Lameng kerap menjadi pertunjukan pada saat penduduk sedang melangsungkan acara khitan.
Ucapan-ucapan rasa syukur dan juga memohonkan doa atas kesuksesan dan kesehatan sang anak yang telah melangsungkan proses khitan.
Dapat dirasakan suasana suka cita dalam Tarian Gareng Lameng ini.
Masyarakat setempat merupakan masyarakat yang religius dan menjunjung tinggi nilai ketuhanan sehingga Tari Gareng Lameng pun terasa kesakralannya ketika masyarakat meminta berkat dari Yang Maha Kuasa.
Properti Tari Gareng Lameng
Ada 4 atribut yang digunakan dalam melangsungkan Tari Gareng Lameng, yang pertama adalah ikun.
Ikun adalah property utama yang digunakan oleh penari lelaki saat mementaskan Tari Gareng Lameng.
Ikun memiliki bentuk seperti keris namun terbuat dari kayu dan berwarna cokelat atau hitam.
Walaupun ikun merupakan atribut asli dari Tari Gareng Lameng, namun kini penari pria kerap menggunakan aksesoris lain namun serupa yang dinilai lebih menarik atau sekedar untuk variasi.
Kemudian atribut yang kedua bernama lesu. Lesu merupakan atribut utama dari penari wanita.
Berfungsi sama seperti ikun yaitu sebagai penunjang gerakan dan penampilan tari. Lesu berbentuk persegi seperti sapu tangan yang terbuat dari kain.
Atribut ketiga bernama reng. Merupakan sebuah gelang yang terbuat dari tembaga atau kuningan dan digunakan oleh para penari pria dan juga wanita pada bagian kaki mereka.
Reng menambahkan bebunyian dengan adanya klinting yang saling beradu seiring dengan gerakan para penari, menambahkan kesan keceriaan dalam sorakan syukur doa yang dipanjatkan.
Atribut wajib yang keempat adalah rote.
Pakaian tradisional NTT ini sebenarnya tidak diatur sebagai pakaian khusus Tari Gareng Lameng namun masyarakat terbiasa menggunakan rote ketika akan melaksanakan Tari Gareng Lameng.
Biasanya rote yang digunakan adalah rote dengan warna merah dan kuning sedangkan bagian bawahnya dipadupadankan dengan kain sarung.
Baca juga:
- Inilah asal usul dan Sejarah Tari Banjar Kemuning yang melegenda
- Catat 6 Tempat Wisata di Saumlaki kabupaten kepulauan Tanimbar
Instrumen Tarian Menggunakan Gong Waning
Merupakan salah satu alat musik tradisional dari NTT, Gong Waning dikenal sebagai alat musik dari Suku Sikka.
Cara memainkannya yaitu ditabuh atau dipukul. Gong waning merupakan instrumen gabungan dari waning atau gendang, gong, dan juga peli anak atau saur yang terbuat dari bambu.
Alat musik ini tidak hanya dijadikan pengiring Tari Gareng Lameng namun juga beberapa pertunjukan adat dan tari lainnya.
Berdasarkan keterangan masyarakat setempat, alat musik gong waning ini telah ada sejak tahun 1920 dan merupakan salah satu dampak dari proses terjadinya perdagangan dari Cina, Jawa, dan Bugis yang tengah berlangsung saat itu.
Kabarnya gong dibawa untuk ditukarkan dengan hasil bumi ataupun kerajinan dari masyarakat lokal NTT.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.