Hutan Mangrove Teluk Bintuni dan Raja Ampat, merupakan salah satu kawasan hutan alam terbaik di dunia termasuk Indonesia.
Pasalnya, dengan luasan yang begitu besar, membuat hutan tersebut dapat mengembangkan komoditas perikanan di wilayah Papua Barat.
Selain itu, dengan keberadaan Hutan Mangrove yang subur, membuat Teluk Bintuni mampu merubah hasil perikanannya menjadi komoditas ekspor.
Diantaranya seperti ikan demersal, pelagis kecil, kepiting bakau, udang, dll.
Teluk Bintuni sendiri memiliki Hutan Mangrove, yang luasnya mencapai hingga 226 hektar.
Atau, sama halnya dengan 52% dari total luas keseluruhan Hutan Bakau yang terdapat di wilayah Papua Barat.
Tidak hanya berfungsi sebagai komoditas ekspor, pesisir Teluk Bintuni juga diperuntukkan sebagai kawasan konservasi, industri, hutan lindung dan blok migas.
Baca Juga: Inilah tempat Wisata Hutan Mangrove di Indonesia yang terkenal
Definisi Hutan Mangrove
Berdasarkan definisinya, Hutan Mangrove merupakan kawasan vegetasi tropis maupun subtropis, yang mayoritas ditumbuhi oleh Pohon Mangrove.
Tanaman ini juga tumbuh dan terus berkembang di kawasan pasang surut.
Sedangkan dilihat dari istilahnya, Mangrove merupakan tanaman yang tumbuh di bagian pesisir pantai.
Fungsinya sendiri adalah untuk menahan dan menyerap air, serta mencegah terjadinya abrasi serta erosi akibat badai maupun gelombang laut.
Selain itu, juga untuk menghalau masuknya air pasang ke daratan, serta sebagai penyangga kehidupan biota laut.
Fungsi Hutan Mangrove
Fungsi utama Hutan Mangrove bagi masyarakat Teluk Bintuni, yaitu untuk menghindari terjadinya erosi pantai.
Namun, hutan ini juga memegang peranan penting dalam menjaga kelangsungan hidup biota laut, dan sebagai tempat persinggahan satwa liar.
Beberapa diantaranya seperti burung, mamalia, lebah madu, reptile, dan berbagai jenis amfibi.
Selain itu, Teluk Bintuni juga memiliki lahan gambut terbesar di wilayah Papua Barat.
Bahkan sejak 1980, Hutan Mangrove Teluk Bintuni serta Raja Ampat, telah dijadikan cagar alam dan kawasan strategis oleh WWF.
Hal tersebut pun telah diresmikan, sesuai dengan dengan UU Nomor 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang.
Konservasi Hutan Mangrove tidak hanya penting untuk perdagangan karbon, tapi juga sebagai ekowisata.
Untuk saat ini, terdapat 2 wilayah cagar alam yang terdapat di Teluk Bintuni.
Yang pertama adalah Cagar Alam Teluk Bintuni di Distrik Wamesa, dan juga Cagar Alam Wagura di Distrik Babo.
Manfaat Hutan Mangrove
Beberapa tanaman di Hutan Mangrove, ternyata banyak yang dapat memberikan manfaat. Diantaranya seperti :
Avicennia Marina, yang daunnya dapat menjadi sumber makanan bagi manusia dan kumbang penghasil madu. Manfaat lainnya, sebagai bahan dasar pembuatan sabun cuci;
Avicennia Gymnorrhiza, kayunya dapat bermanfaat sebagai arang bakar. Sedangkan bagian kulitnya, dapat dimasak untuk menambah cita ikan bakar.
Bruguiera Sexangula, bagian daun nya yang mengandung alkaholid, bermanfaat sebagai obat penyakit tumor kulit.
Untuk bagian akarnya, dapat digunakan untuk menyan, dan bagian buahnya, sebagai campuran obat cuci mata.
Ceriops Tagal, dapat digunakan sebagai bahan pewarna untuk industri kain batik, dan pengawet jala ikan.
Sementara bagian kayunya, banyak digunakan untuk industri kayu lapis, dan kulit pada batangnya bermanfaat sebagai obat.
Kelompok Hutan Mangrove di Teluk Bintuni
Hutan Mangrove yang berada di wilayah Teluk Bintuni terdiri dari beberapa kelompok, yaitu:
Sungai Bomberai, Otoweri, Amutu Besar, Amutu Kecil, Taragata, Wagura, Kasuri, Onar, Mumusi, Tantowari, Muturi, Tembuni, Sebyar, Weriagar, dan Kamundan.
Permasalahan Konservasi Hutan di Teluk Bintuni
Namun sayangnya, wilayah konservasi Hutan Mangrove di kawasan Papua ini terancam oleh banyaknya aktivitas pengrusakan alam oleh manusia.
Sebut saja seperti penangkapan ikan besar – besaran dengan menggunakan peledak.
Belum lagi pertambangan minyak bumi dan gas, yang mayoritas area pekerjaannya berlokasi di wilayah Hutan Mangrove.
Secara perlahan tapi pasti, pekerjaan yang tidak ramah lingkungan ini akan merusak alam dan habitatnya.
Perlindungan Konservasi Alam Teluk Bintuni
Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menyelamatkan kelestarian hutan di teluk Bintuni, yaitu dengan menjalankan reboisasi bibit Mangrove.
Hal ini sangat penting dilakukan, agar kerusakan hutan tidak menjadi lebih parah lagi.
Reboisasi hutan tersebut juga sebagai upaya, untuk menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan.
Baca Juga: Daftar Tempat wisata di Teluk Bintuniyang bisa kalian kunjungi
Demikianlah, seputar ilmu pengetahuan mengenai Hutan Mangrove Teluk Bintuni.
Semoga dapat bermanfaat, dan menambah kecintaan akan alam di Indonesia. Jangan lupa juga, untuk selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.