Sejarah Dan Makna Tari Gantar – Tari Gantar merupakan sebuah tarian tradisional pergaulan muda mudi yang berasal dari Kalimantan Timur dan dimiliki oleh Suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq.
Tarian ini cukup populer terutama di wilayah Kabupaten Kutai Barat. Tari Gantar menggambarkan kegembiraan dan biasanya dipentaskan dalam penyambutan tamu yang dihormati. Dalam pagelaran tersebut, nantinya para tamu akan diajak menari bersama.
Bagaimana sejarah dan makna Tari Gantar itu sendiri?
Artikel di bawah ini akan membahas sejarah dan makna Tari Gantar untuk kamu ketahui. Yuk, disimak ya!
Selain sejarah dan makna Tari Gantar, coba baca juga nih Pakaian Adat Kalimantan Timur.
Sejarah Dan Makna Tari Gantar
-
Sejarah Tari Gantar
Sejarah dan makna Tari Gantar sudah ada sejak dulu dan dipercayai oleh masyarakat terutama Suku Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung.
Mitos mengatakan bahwa Tari Gantar terlahir dari sebuah cerita yang berasal dari negeri di atas awan, yakni Negeri Dewa Nayu.
Negeri tersebut dipercaya menjadi rumah bagi para Dewa Nirwana yang disebut Oteng Doi. Suatu hari di dalam Oteng Doi, terjadi sebuah peristiwa buruk yang melibatkan keluarga dewa.
Keluarga dewa tersebut adalah Oling Bayat dan Oling Besi yang memiliki dua orang putri yang bernama Dewi Bela dan Dewi Ruda. Mereka hidup damai sampai akhirnya datanglah Dolonong Utak Doloning Payang.
Dewa Dolonong Utak tersebut dengan niat jahatnya membunuh Oling Besi demi mempersunting istrinya. Sadisnya lagi, pembunuhan itu terjadi di depan kedua putri mereka dan akibat ketakutan akan terjadi hal buruk lainnya sang istri dewa pun menerima ajakan menikah tersebut.
Namun demikian, kedua putri Oling Besi tidak dapat menerimanya dan menyimpan dendam selama bertahun – tahun. Ketika sudah dewasa, mereka pun kemudian menyusun rencana untuk melenyapkan Dolonong Utak.
Sampai suatu hari, mereka pun membunuh Dolonong Utak dengan memakai sumpit saat sang dewa sedang beristirahat. Setelah menyadari bahwa Dolonong Utak tak lagi bernyawa, kedua putri lantas menari dan bersuka cita.
Kejadian tersebut diketahui oleh manusia yang punya kemampuan berhubungan dengan dunia dewa, yakni Kilip. Dewi Bela dan Dewi Ruda pun akhirnya mendatangi Kilip agar menjaga rahasia itu dan jangan sampai para dewa Negeri Oteng Doi tahu.
Kilip setuju dengan syarat kedua dewi harus mengajarinya tarian yang mereka lakukan ketika bersuka cita tersebut.
Kemudian, Kilip mendapatkan tongkat dan sepotong bambu dan akhirnya tarian tersebut diberi nama Tari Gantar yang bermakna tongkat (sumpit).
Itu dia cerita bagian dari sejarah dan makna Tari Gantar.
-
Awal Mula Tarian Gantar Dayak
Zaman dulu Tari Gantar hanya dibawakan saat upacara adat, terutama perayaan upacara tanam padi. Dalam tarian adat ini selalu menggunakan properti sebagai pelengkap tarian yakni sebuah tongkat kayu dan bambu.
Tongkat tersebut gunanya adalah untuk membuat lubang pada tanah yang digunakan untuk menanam benih, sedangkan bambu sebagai tabung benih untuk menyimpan padi sebelum ditanam.
Gerakan kaki pada Tari Gantar menggambarkan cara menutup lubang di tanah setelah diinjak menggunakan tongkat. Tarian dibawakan dengan suka cita dan harapan agar hasil panen berlimpah.
Tari Gantar biasanya dibawakan secara bergantian antara Suku Dayak Benuaq dan Suku Dayak Tunjung.
Namun, ada versi lain mengatakan bahwa Tari Gantar merupakan salah satu tarian yang sakral karena hanya boleh dibawakan untuk menyambut kepulangan para pemuda dari medan perang.
Properti sumpit dalam tarian ini diberi hiasan tengkorak musuh, sedangkan properti bambu kecil digunakan sebagai pelengkap gerak tariannya.
-
Gerakan dalam Tari Gantar
Gerakan dalam Tari Gantar didominasi oleh gerakan kaki. Pada mulanya dalam sejarah dan makna Tari Gantar, gerakan tarian ini terbagi menjadi 3 macam yang terdiri sebagai berikut.
1. Gantar Rayat
Gantar Rayat hanya menggunakan satu alat saja yaitu sebuah kayu atau tongkat panjang yang di ujungnya diikat dengan sebuah tengkorak manusia lalu dibungkus dengan kain merah.
Penari menari berkeliling sembari menyanyi dan di pinggang mereka masing – masing diikatkan mandau. Saat mereka tidak memegang tongkatnya, para penari kemudian ngelewai gerakan yakni seperti melambaikan tangan yang sesuai irama.
2. Gantar Busai
Dalam Gantar Busai, penari membawa sepotong bambu yang akan diisi dengan biji – bijian di tangan kanan. Sedangkan tangan kiri yang kosong melambai – lambai sesuai irama.
Bambu yang digunakan biasanya berukuran 50 cm dan diberi gelang dua belas buah sehingga menimbulkan bunyi gemerincing ketika bergerak.
Jumlah gantar disesuaikan dengan jumlah penari yang ikut dalam tarian. Para penari tersebut menari berkelompok dan kadangkala Ngloak, yakni menari sambil saling memupuk muka penari lain dengan menggunakan pupur basah.
3. Gantar Kusak dan Senak
Gantar Kusak Senak sama seperti namanya para penarinya memakai dua alat tari yakni Senak dan Kusak.
Senak dan Kusak adalah tongkat dan bambu yang di dalamnya berisi biji – bijian sehingga ketika menari menimbulkan bunyi yang nyaring. Kusak dipegang tangan kanan dan telapak tangan membuka lalu juga dengan siku ditekuk.
Senak biasanya berukuran antara 1 hingga 1,5 m, sedangkan Kusak berukuran 30 cm, kemudian diisi biji-bijian dan ujungnya ditutup dengan Ibus atau semacam penutup.
Jenis gerakan Gantar Kusak dan Senak inilah yang kini dikenal sebagai Tari Gantar dan mengalami perkembangan mulai dari gerak, pola gerak lantai, level penggarapan hingga iringan tari yang disesuaikan berdasarkan kondisi maupun situasi saat ini.
Pada masa sekarang, Tari Gantar kerap difungsikan sebagai tarian penyambutan tamu kehormatan, terutama di wilayah Kabupaten Kutai Barat.
Indonesia memang kaya akan budaya, selain sejarah dan makna Tari Gantar, pelajari juga Sejarah Dan Makna Tari Bedhaya Ketawang.
-
Busana Tari Gantar
Tata busana dalam Tari Gantar mengenakan kostum serta atribut yang unik. Berikut ini adalah detail busananya.
1. Baju Atasan
Baju atasan berupa model blus tanpa lengan dengan rumbai – rumbai di pinggirannya dan bentuk leher baju berbentuk bundar dengan kancing di depan.
Bahan baju biasanya dari kain tenun ulap doyo atau kain polos, yang didapat dari suku Dayak Benuaq yang mendiami Tanjung Isuy.
Penari juga bisa mengganti kain tersebut dengan kebaya panjang maupun setengah lengan berbahan kain tenun.
2. Ta’ah
Busana bawahan menggunakan kain Ta’ah atau Sela selebar dua kali lingkar pinggang sang penari Tari Gantar.
Kain tersebut dihiasi dengan uang logam ataupun kadangkala di setiap pinggirannya ditempelkan kain perca warna – warni. Bahannya bisa dari kain polos maupun kain tenun doyo.
3. Hiasan kepala
Hiasan kepala para penari menggunakan aksesoris yang disebut Labung yang memiliki ukiran khas.
Selain itu, para penari juga biasanya memakai seraung atau sebuah topi lebar dengan hiasan di bagian atas yang ditambahkan rumbai – rumbai berjuntai.
Tambahan aksesoris lainnya, yaitu kalung dan gelang yang terbuat dari manik – manik atau batu.
Sekian informasi menarik tentang sejarah dan makna Tari Gantar, yakni tarian khas Suku Dayak dari Kutai Barat, Kalimantan Timur. Semoga bermanfaat!
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.