Aesan Gede – Indonesia memiliki banyak pakaian daerah. Kali ini kita akan membahas pakaian dari pulau Sumatra yaitu Aesan Gede. Aesan Gede adalah pakaian adat masyarakat Sumatra Selatan yang dipergunakan dalam upacara pernikahan.
Aesan gede adalah bahasa daerah asal Sumatra yang berarti swarnadwipa atau yang disebut dengan pulau emas. Aksesoris yang dikenakan dengan pakaian aesan gede yaitu berupa perhiasan bercitrakan keemasan.
Pakaian ini termasuk ke dalam salah satu jenis kain songket yang dahulu sering dipergunakan oleh para kaum bangsawan. Pakaian ini digunakan untuk upacara adat pernikahan karena melambangkan kebesaran orang yang mengenakannya.
Aesan gede juga dikenakan pada acara munggah, yaitu salah satu puncak upacara adat pernikahan yang harus dijalankan oleh kedua mempelai. Budaya ini merupakan pengaruh dari Hindu Budha. Aesan gede berasal dari Kerajaan Sriwijaya yang menganut kepercayaan Hindu-Budha.
Baca Juga ya :
- Uniknya Rumah Adat Limas Rumah Adat Tradisional Sumatera Selatan
- Inilah 5 Pakaian Adat Sumatera Selatan untuk pernikahan
Makna Dan Motif Aesan Gede
Pakaian hasil karya tenunan masyarakat tradisional Palembang itu ditenun dari benang emas atau disebut juga songket lepus dengan berbagai motif hiasan di antaranya, motif bunga melati, motif bunga mawar, motif pucuk rebung, dan motif bunga tanjung.
- Motif bunga mawar merupakan perlambangan penawar dan menjauhkan diridari marabahaya.
- Motif bunga tanjung merupakan lambangkeramahan sebagai istri tuan rumah dan sebagai ucapan selamat datang kepada para tamu undangan yang hadir.
- Motif bunga melati melambangkan kesucian, keanggunan, dan sopansantun dari mempelai wanita.
- Motif pucuk rebung merupakan perlambang harapan yang baik untuk masa depan.
Busana Aesan Gede Untuk Mempelai pria
Bagian Kepala mempelai pria harus dipasang Kesuun yang bentuknya seperti mahkota berhias melati dan Tebeng Malu di atasnya, bentuknya mirip dengan yang dikenakan oleh pengantin wanita. Pada Bagian Badan harus mengenakan Kalung Kebo Munggah dan Slempang Sawir.
Pada bagian tangan, pengantin pria harus memakai Gelang Kulit Bahu, Gelang Sempuru, Gelang Gepeng, dan juga Gelang Ulo Betapo. Pada kaki, pengantin pria mengenakan Celano Sutra, yaitu celana berbahan Sutra yang memiliki motif Ukel. Cenela adalah alas kaki yang mirip dengan mempelai wanita hanya ukurannya saja yang berbeda.
Busana Aesan Gede Untuk Mempelai wanita
Bentuk Aesan gede pada mempelai wanita terdiri dari bagian kepala, badan, tangan, dan kaki. Pada bagian kepala terdapat Bungo Rampai yang mempunyai bentuk seperti bunga cempaka bertangkai dan terbuat dari bahan emas.
Gandik mempunyai bentuk seperti ikat kepala yang terbuat dari kain bludru bewarna merah pada bagian atasnya di hiasi ornamen melati. Gelung Malang berbentuk sanggul yang terbuat dari rambut asli yang dirangkai dengan bunga mawar dan melati.
Selanjutnya, pada bagian badan terdiri dari Taratai yaitu penutup dada, Kalung Kebo Munggah berbentuk kalung tiga susun dengan ornamen bentuk kepala kerbau dan Songket Lepus merupakan jenis kain yang ditenun dengan benang emas dan memiliki motif tumpal.
Pada bagian tangan dan kaki terdiri dari Gelang Kulit Bahu berbentuk belah ketupat dengan hiasan melati di tengah. Gelang Sempuru berbentuk bulat pipih dan terbuat dari lapisan emas atau kuningan. Gelang Ulo Betapo berbentuk bulat dengan ornamen kepala ular di sekeliling gelang.
Gelang Gepeng berbentuk bulat tipis dengan hiasan bunga dan tumbuhan. Kemudian bagian alas kaki menngunakan cenela yang bentuknya seperti trompa atau Slop.
Pola Hiasan Pakaian Aesan gede
Ragam hiasnya terdiri dari motif hias geometris, motif hias tumbuhan dan motif hias binatang. Motif hias geometris antara lain terdapat pada kain Songket, gelang dan kalung Kebo Munggah. Motif hias tumbuhan berupa motif hias bunga melati, motif hias bungai teratai, motif hias bunga mawar, bunga cempaka, dan motif hias tumbuhan menjalar.
Motif hias melati antara lain terdapat pada ragam hias Terate, Gandik, Kesuhun pengantin perempuan. Motif hias bunga teratai terdapat pada Kesuhun pengantin laki-laki dan perempuan.
Motif hias bunga cempaka terdapat pada Cempako limo, gelung malang, motif hias bunga mawar terdapat pada kesuhun pengantin laki-laki dan perempuan. Motif hias tumbuhan menjalar terdapat pada celana sutra dan Cenela. Motif hias binatang terdapat pada kalung kebo munggah.
Ciri khas Aesan gede
Pengantin Palembang berbusana aesan gede biasanya menggunakan mahkota bernama kesuhuun. Mahkota ini juga dipercantik dengan hiasan rambut cempaka lima dan tusuk soeal berbunga. Selain itu, bentuk sumping terdiri dari benang bermacam warna yang dimodifikasi menjadi motif bunga melati yang menjuntai sampai ke bahu.
Sanggul yang dikenakan adalah gelung malang, yaitu sanggul yang merefrentasikan budaya Sriwijaya, Tiongkok, dan India. Sanggul ini dibawa oleh masyarakat Jawa tepatnya Laskar Majapahit pada abad ke-14. Sanggul ini diterapkan lungsen (rambut panjang imitasi) yang membentuk angka delapan.
Mempelai berbusana aesan gede tampil dengan mengenakan lilitan kain tenun atau disebut juga songket palembang serta penutup pada hiasan lainnya. Lilitan songket palembang yang digunakan harus menutupi sampai ke kaki.
Untuk pengantin pria, menggunakan lilitan kain songket menutupi dada dan celana panjang yang berwarna kontras. Sebagai hiasan tambahan biasanya menggunakan teratai dada, selendang pelangi jambon, pending emas, kalung, dan gelang. Penutup kepala menggunakan kopiah cupak dan ditambahkan sumping dari rangkaian bunga melati untuk menggantikan posisi sumping bola beraneka warna.
Jumlah Penari Aesan Gede
Aesan Gede sendiri juga dikenakan oleh tiga penari dalam Tari Gending Sriwijaya. Busana yang dikenakan penari pun mirip dengan pengantin seperti kemben songket, berbagai gelang dan kalung, selempang, serta antingan.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.