Tapi Ingat Pulang

Tari Adat, Budaya

Asal Usul dan Sejarah Tari Sekura

Tari Sekura

Aksi Tari Sekura -- pesona.travel

Tari Sekura – tarian Sekura diperkirakan sudah ada pada abad ke-9 Masehi. Sejarah berkisah jika tari Sekura adalah saksi masuknya agama Islam di Lampung.

Ada juga cerita bahwa penyebaran Islam di Lampung Barat terjadi pada abad ke-13.

Hal ini menandakan jika Tarian Sekura lahir sekitar abad ke-13 juga.

Asal Usul Tari Sekura

Tercatat ada beberapa versi sejarah atau asal usul Tari Sekura Lampung seperti diantaranya :

1. Tari Sekura Versi Lilia Aftika

sejarah Tari Sekura Lampung

sejarah Tari Sekura Lampung – foto indonesiakaya.com

Menurut Lilia Aftika dalam penelitiannya, ada 2 versi yang menjadi asal-usul tari Sekura. Pertama, pesta Sekura sudah ada dari zaman Hindu.

Mereka memakai topeng sebagai jelmaan dari orang yang dikutuk oleh dewa karena perbuatan tidak terpuji yakni tidak mengakui dewa sebagai sesembahan.

Sehingga menjadi buruk rupa, seperti dalam topeng Sekura.

Kedua, dikatakan bahawa pesta Sekura bermula dari zaman Islam. Pelaksanaan pesta Sekura bertujuan untuk menyambut dan memeriahkan Hari Raya kaum muslim yaitu Idul Fitri.

Karena ketidakjelasan kapan persisnya pesta ini dimulai, maka diambil perkiraan yaitu abad ke-13 saat Islam menyebar ke Lampung Barat.

Peneliti, Lilia, meyakini bahwa versi kedua lebih bisa diterima kebenarannya. Apalagi dalam pesta Sekura tidak ada dewa atau nama-nama Hindu yang ditonjolkan/ditunjukkan.

2. Tari Sekura Versi I Wayan Mustika

Dalam disertasinya, I Wayan Mustika menuturkan bahwa, asal kata dari “Sekukha” yang artinya penutup muka atau wajah.

Ia menyebutkan bahwa Sekura adalah hasil karya untuk pemujaan kelompok Buay Tumi, di zaman pra sejarah dengan kepercayaan animismenya.

Buay Tumi merupakan suku di Lampung yang paling tua dan mendiami tanah kelahirannya.

Baca Juga ya :

Tari Sekura Tari adat Lampung

Tari Sekura Tari adat Lampung – foto blog.reservasi.com

Sekura dilakukan oleh sekelompok Buay Tumi di tempat keramat atau pemujaan.

Sekura dilakukan untuk mengundang roh leluhur dan penguasa alam agar mereka dilindungi serta terhindar dari bala.

Terutama saat masa panen padi dan bulan bara (purnama). Tradisi Sekura ada selama pengaruh Hindu di Buay Tumi.

Termasuk ketika Ratu Sekarmong, si pemimpin di akhir waktu pengaruh Hindu di Skala Berak, ditundukkan oleh 4 orang penyebar Islam di Liwa.

Buay Belunguh, Buay Nyerupa, Buay Perning (Kenyangan) dan Buay Bejala Diway, datang dari Pagaruyung, untuk menaklukan Ratu Sekarmong dan menyebarkan ajaran Islam.

Dari situlah animisme Hindu perlahan mulai hilang.

Maka dari itu, saat ini pesta Sekura tidak lagi untuk pemujaan. Tetapi pesta rakyat saat lebaran.

Sejarah dan Makna Tari Sekura

Tari Sekura

Rupa-rupa topeng Tari Sekura –viva.co.id

Menurut Erni Melvina dalam kajiannya, masyarakat dari adat “Saibatin” di Kota Liwa, Lampung Barat, kesulitan dalam pelafalan huruf “R”. Maka dalam tata bahasa Lampung, huruf “R” digantikan dengan “KH”.

Sehingga kata “Sekukha” mengalami peleburan untuk kemudahan pelafalannya menjadi “Sekura”.

Tarian yang lahir dari Provinsi Lampung ini, dinamakan Sekura yang artinya “topeng”.

Bagaimana pun, secara harfiah, pemaknaan Sekura adalah topeng sebagai penutup wajah.

Hal ini adalah penggambaran berbagai sifat atau ekspresi yang ada di bumi.

Sehingga semua penari yang akan ikut dalam Sekura atau Sekukha, harus menutup semua wajahnya.

Asal Usul dan Sejarah Tari Sekura 1

Rupa-rupa topeng tari Sekura–razonewane.com

Tarian yang khas dengan penggunaan topeng bagi para penarinya ini, membuat suasana makin ramai.

Selain musik pengiring, para penari dengan asyiknya berjoget dan berteriak riuh atau saling menyeru, mengikuti lagu.

Apalagi bentuk topeng yang bervariasi: lucu, jelek hingga menyeramkan.

Topeng yang dipakai bentuknya lengkap seperti wajah manusia. Ada mata, dahi, pipi, hidung sampai mulut.

Selain itu, ada bagian wajah tertentu yang dibuat nyleneh. Misalnya hidung yang panjang seperti wayang Petruk, atau justru dibuat miring.

Bahkan Sekura merupakan tradisi yang patungnya didirikan di Kota Liwa, Lampung Barat.

Dalam sejarah, dikisahkan juga bahwa pesta rakyat Sekura yang sering diadakan itu adalah sebuah ajang para kaum muda, yang mencari pasangan.

Si pemuda yang bertopeng Sekura, berusaha menunjukkan keberaniannya pada wanita pujaannya.

Sama halnya dengan si pemudi yang mencari pemuda yang cocok dengan pilihan mereka.

Jenis Tari Sekura

Sebenarnya, ada 2 jenis tari Sekura. Keduanya pun memiliki beberapa perbedaan yang bisa kamu terka ketika melihat gambarnya.

Baca Juga ya :

Tari Sekura

Aksi Penari Sekura — flickr

1) Sekura Kamak / Cakak

Kamak sendiri berarti “buruk” atau “kotor”. Tari Sekura Kamak dimainkan oleh penari laki-laki dewasa.

Sekuranya berasal dari pahatan kayu atau pelepah pohon pinang. Aksesoris lainnya seperti dedaunan sulur yang dipakai menjuntai.

Para penari akan memakai pakaian yang kotor dan biasanya compang-camping.
Sekura Kamak dimainkan sebagai penghibur penonton (pengunjung).

2) Sekura Betik / Kecah / Helau

Kebalikan dari Kamak, Betik memiliki arti “bersih”. Tari Sekura Betik dimainkan oleh penari laki-laki remaja.

Berbeda dari Kamak, Sekura Betik menggunakan topeng berbahan kain, yang juga dilengkapi dengan kacamata hitam.

Penari mengenakan selindang miwang sebagai penutup kepala dan pingganya dipenuhi kain panjang yang menggantung.

Sekura Betik justru dimainkan hanya sebagai peramai (pendukung acara agar semakin meriah) peserta.

Sekura Betik yang biasanya menari berkeliling kampung untuk mencari atau bertemu pujaan hatinya.

Lalu dalam lomba panjat pinang dalam pesta Sekura, penari Betik tidak boleh ikut.

Pesta Sekura Kini

Aksi Tari Sekura

Aksi Tari Sekura — pesona.travel

Meskipun sudah tidak ada lagi perang mengangkat senjata, tetapi masyarakat Lampung Barat menganggap bulan Ramadhan sebagai masa peperangan.

Umat muslim berpuasa, melawan lapar, haus dan hawa nafsunya selama sebulan. Setelahnya, tiba Hari Raya Idul Fitri, yang merupakan momen bahagia setelah melewati masa-masa perang Ramadhan.

Maka dari itulah, pesta Sekura sudah menjadi tradisi silaturahim lebaran antar desa di Lampung Barat.

Sebagai ungkapan bahagia yang dirayakan bersama seluruh masyarakat, tanpa mengenal status sosial.

Puncak pesta Sekura adalah Sekukha Nyakak Buah yang berarti lomba memanjat pohon pinang atau pucang.

Bahkan, pesta sekura dibuat berganti atau berpindah desa setiap tahunnya.

Misalnya, ketika di tahun lalu pesta sekura dilakukan di Desa Kenali, Kecamatan Bebalalau.

Maka tahun ini, pindah di desa lain. Pesta sekura tersebut juga dilengkapi dengan lomba-lomba dari panitianya.

Seperti di Desa Kenali, Lampung Barat, contohnya yang masih turut mengadakannya.

Di Desa Kenali, pesta Sekura dilakukan setiap hari kedua Idul Fitri sampai seminggu setelahnya.

Para warga yang berbalut topeng ramai-ramai bersuka ria keliling kampung, dengan sesekali berjoget.

Tidak hanya di sana, Di Desa Pangkul, Kecamatan Wonosobo, rutin diadakan pesta Sekura, selama 3 hari. Tepatnya setiap hari kedua atau ketiga lebaran.

Tak lupa, sehari setelahnya, para penari bertopeng Sekura itu berlomba untuk memanjat pohon pinang, yang berhias hadiah.

Tari Sekura pernah memecahkan rekor dunia. Sebelumnya, ditargetkan ada 2016 penari bertopeng sekura, yang akan memeriahkan HUT ke-25 Kabupaten Lampung Barat atau disebut HUT 25 Tahun Perak Lambar.

Tetapi, acara yang diselenggarakan di Lapangan Merdeka Pasar Liwa, Kecamatan Balik Bukit, tepat 18 September 2016 lalu, justru mendapat Rekor Muri penari Sekura terbanyak yaitu 5.455 orang.

**

Itulah tadi sekilas mengenai gambaran sejarah Tari Sekura maupun makna, properti dan juga musik tari sekura yang masih ditampilkan hingga sekarang

Leave a Reply