Masihkah kamu merasa asing ketika mendengar nama Tari Maengket? Tari Maengket adalah salah satu tari yang berasal dari sisi timur Indonesia, yaitu Kota Manado. Tari tradisional ini lahir di tengah Suku Minahasa, suku asli Sulawesi Utara. Tarian ini masih bertahan menjadi salah satu tradisi yang masih dilakukan hingga saat ini. Artikel kali ini akan mengajak kamu mengulik asal usul dan sejarah Tari Maengket ini. Simak ya!
Sejarah Tari Maengket
Nama maengket diambil dari kata “engket” yang berarti mengangkat tumit naik turun, dan diberi tambahan “ma” yang kemudian bermakna menari dengan tumit naik turun. Tari Maengket sudah ada sejak Suku Minahasa mengenal pertanian. Menurut catatan sejarah, tarian ini sudah ada sejak abad ke-7. Ada pula sumber yang mengatakan bahwa nama maengket diambil dari kata “engket” yang artinya pasang, nyalakan, buka jalan. Kemudian diberi awalan “ma” sebagai bentuk kata kerja. Maka kata maengket bisa diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menerangi, membuka jalan, dan menyatukan masyarakat. Tari Maengket ditampilkan untuk memeriahkan upacara panen raya sebagai ungkapan syukur kepada Sang Pencipta dan rasa bahagia atas hasil panen yang baik dan melimpah. Tari Maengket dilakukan secara massal dan ditarikan berpasangan; bisa laki-laki dan perempuan maupun perempuan semua atau laki-laki semua.
Mungkin kamu juga ingin baca:
Gerakan dan Babak Tari Maengket
Gerakan Tari Maengket cenderung gemulai dengan kaki yang berjinjit-jinjit. Gerakan tarian ini sederhana dan dilakukan berpasang-pasangan namun tetap serentak. Ssatu-satunya yang gerakannya berbeda hanyalah kapel (pemimpin tarian) yang terlihat mencolok dengan busana yang cukup berbeda pula.
Tari Maengket terdiri dari tiga babak, yaitu:
-
Maowey Kamberu
Pemimpin tari menjentikkan jari dengan tujuan mengundang dewi turun ke bumi. Jentikkan jari ini juga menjadi pertanda dimulainya tarian. Filosofi gerakannya adalah bersyukur kepada Tuhan atas hasil pertanian yang melimpah ruah.
-
Marambak
Marambak berasal dari kata “rambak” yang artinya menyentakkan kaki ke lantai. Babak ini menggambarkan semangat gotong royong masyarakat Minahasa. Pada masa lalu, orang Minahasa membangun rumah dengan cara bergotong royong dan saling bergiliran. Sehingga biaya dan tenaga ditanggung bersama-sama.
-
Lalaya’an
Lalaya’an berasal dari kata “tambak” yang memiliki arti ingat. Babak ini menggambarkan tentang pemuda pemudi Minahasa mencari jodoh. Pada babak ini, penari saling bergandengan tangan dalam formasi lingkaran atau berhadap-hadapan antara penari laki-laki dan perempuan.
Kostum Tari Maengket
Busana yang digunakan penari saat membawakan Tari Maengket adalah pakaian adat; untuk perempuan berupa atasan kebaya putih berhias renda dan bawahan kain panjang khas Sulawesi Utara dengan kepala dipasangi konde dan hiasan, sedangkan penari laki-laki berbusana baju lengan panjang model baniang, celana panjang, dan ikat kepala bermotif gunung. Semua penari, kapel (pemimpin), dan pengiring musik tidak menggunakan alas kaki ketika menampilkan tarian ini. Properti dalam tarian ini adalah sapu tangan yang dipegang oleh masing-masing penari.
Pengiring Tari Maengket
Tari Maengket juga menggunakan gendang (tambor) sebagai alat musik pengiring. Tambor yang digunakan berukuran besar dan sedang. Seiring perkembangan zaman, alat musik pengiring telah ditambah lagi, misalnya gong dan tetengkoren (alat komunikasi orang Minahasa zaman dulu yang terbuat dari bambu). Sedangkan lagu yang digunakan untuk mengiringi tarian adalah syair yang dinyanyikan oleh para penarinya sendiri. Syair tersebut mengungkapkan atau menceritakan tentang tiga babak dalam tarian yang telah dibahas di atas sebelumnya. Syair yang digunakan tidak hanya terpaku pada satu syair. Bahasa yang digunakan pun beragam, karena pada dasarnya Suku Minahasa adalah satu kesatuan yang berasal dari beberapa etnis yang mendiami daerah Sulawesi Utara. Pencipta syair yang digunakan dalam tari tradisional ini sampai pada sekarang antara lain Johanis Posumah, Jan Rumagit, dan Samuel Assa.
Perkembangan Tari Maengket
Jika di masa lalu Tari Maengket dipentaskan pada acara panen raya, maka di masa sekarang Tari Maengket tidak hanya dipentaskan pada acara panen raya, namun juga pada acara festival budaya, acara penyambutan orang penting, pertunjukkan seni, bahkan menjadi salah satu daya tarik pariwisata.
Itulah ulasan tentang asal usul dan sejarah Tari Maengket yang berasal dari Manado. Di tengah arus globalisasi, Tari Maengket masih mempertahankan keaslian gerakan dan syair yang tetap menggunakan bahasa suku Minahasa. Keren, ya!
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.