Sejarah Dan Makna Tari Topeng Dinaan – Tari Topeng Dinaan adalah tarian tradisional dari Provinsi Jawa Barat, khususnya menyebar di wilayah Cirebon, Indramayu dan Majalengka.
Selain tari adat tradisional dari Jawa Barat yang sering dipentaskan di pertunjukkan seni dan masih terus dilestarikan, sejarah dan makna Tari Topeng Dinaan juga menarik untuk dipelajari.
Bagaimana sejarah dan makna Tari Topeng Dinaan?
Simak ringkasan mengenai sejarah dan makna Tari Topeng Dinaan pada artikel di bawah ini!
Sejarah Dan Makna Tari Topeng Dinaan
Tari Topeng Dinaan berasal dari Jawa Barat yang pertunjukkannya diadakan seharian suntuk (sedina/sadinten).
Tarian ini biasanya dibawakan setelah pementasan Wayang Kulit pada Upacara Babarit Sendiri. Seperti halnya tarian ada lain, sejarah dan makna Tari Topeng Dinaan juga dibalut dengan misteri yang masih banyak orang tidak ketahui.
Terbilang dari asal usulĀ tarian ini sendiri, diketahui bahwa sangat berhubungan dengan kekuatan mistis ataupun cerita sejarah pada daerah tersebut.
Tari Topeng Dinaan sangat kental dengan berbagai adat Jawa Barat ini sendiri karena masih banyak masyarakatnya yang melakukan berbagai upacara adat ataupun ritual melalui tarian.
-
Sejarah Tari Topeng Dinaan
Konon, tarian topeng sejenis ini sudah berkembang di Jawa Timur sejak abad 10 hingga 16 Masehi. Baru pada masa Kerajaan Jenggala di bawah pemerintahan Prabu Amiluhur atau Prabu Panji Dewa, kesenian tari ini mulai masuk ke Cirebon melalui seniman jalanan.
Sejarah dan makna Tari Topeng Dinaan juga berhubungan dengan penyebaran agama Islam. Syarif Hidayatullah, atau dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati, adalah tokoh penting penyebaran agama Islam serta tari topeng ini di Cirebon.
Pada tahun 1470-an, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga menggunakan Tari Topeng sebagai media penyebaran Islam sekaligus hiburan di lingkungan Kesultanan Cirebon. Bersamaan dengan Tari Topeng, kesenian lain juga digunakan untuk penyebaran agama Islam, mulai dari Angklung, Gamelan Renteng, Brai, Reog, Wayang Kulit, dan Berokan.
Saat Sunan Gunung Jati berkuasa di Kesultanan Cirebon pada tahun 1479, ada penyerangan dari Pangeran Welang dari Karawang yang sangat sakti karena memiliki pedang bernama Curug Sewu.
Sunan Gunung Jati yang tidak mampu mengalahkan Pangeran Welang meskipun sudah bekerja sama dengan Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana, akhirnya memilih untuk berdamai dengan jalan kesenian.
Kemudian, dari keputusan tersebut dibentuklah kelompok tari Nyi Mas Gandasari. Tarian yang dibawakan membuat Pangeran Welang jatuh cinta dan bahkan rela untuk menyerahkan Curug Sewu.
Setelah menyerahkan pedangnya tersebut, kesaktian Pangeran Welang hilang dan ia pun memutuskan untuk mengabdikan hidupnya kepada Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan pergantian nama menjadi Pangeran Graksan.
Seiring berjalannya waktu, Tari Topeng Dinaan dari Cirebon berkembang menjadi kesenian populer yang dipentaskan dengan ketentuan spesifik.
Selain sebagai pelengkap Upacara Babarit sendiri, Topeng Dinaan biasanya ditampilkan pada acara selamatan, khitanan, pernikahan serta pada pesta kenegaraan ataupun hari penting lain.
Sejarah Dan Makna Tari Gantar
-
Makna Tari Topeng Dinaan
Selanjutnya pada sejarah dan makna Tari Topeng Dinaan, ada filosofi di balik tarian tradisional ini yang begitu dalam.
Awalnya Tari Topeng Dinaan memang hanya dipentaskan di lingkungan kesultanan, namun perlahan – lahan berkembang sebagai bagian dari tarian rakyat.
Tarian ini pada awalnya berfungsi dalam penyebaran agama sehingga hal tersebut membuat Tari Topeng Dinaan mengandung banyak makna khususnya tentang ketaatan beragama dan tingkatan manusia, seperti berikut ini:
-
- Makrifat: tingkat tertinggi dari kehidupan manusia yang perilakunya sudah sesuai dengan syariat agama.
- Hakikat: gambaran manusia berilmu yang sangat paham hak seorang hamba dan hak Sang Pencipta.
- Tarekat: gambaran manusia yang menjalankan agama di setiap perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
- Syariat: gambaran manusia yang baru saja mulai mengenal ajaran Islam.
Filosofi dari Tari Topeng Dinaan asal Cirebon ini menggambarkan aspek kehidupan yang sangat luas, mulai dari mencakup cinta, kepribadian, angkara murka, kepemimpinan sampai perjalanan hidup manusia dari lahir hingga dewasa.
-
Struktur Pertunjukkan Tari Topeng Dinaan
Tari Topeng Dinaan dulunya dipentaskan di tempat terbuka berbentuk setengah lingkaran, misalnya halaman rumah, bale dan tenda (blandongan) dengan menggunakan sumber penerangan obor.
Kini, tarian ini biasanya ditampilkan di sebuah gedung dengan tata cahaya memadai berupa lampu listrik. Berikut struktur pertunjukkan Tari Topeng Dinaan:
1. Topeng Alit (Topeng Kecil)
Struktur tari topeng ini terbilang sederhana, biasanya dipentaskan oleh lima sampai tujuh orang penari. Penyajian dari tari ini bersifat multi peran, sehingga wiyaga atau penabuh gamelan dan dalang turut mendukung alur cerita.
2. Topeng Gede (Topeng Besar)
Topeng Gede dikatakan sebagai penyempurnaan struktur topeng alit. Kategori struktur ini memuat lima babak, dilengkapi lakonan dan ditutup dengan jantuk (nasihat). Musik pengiring terdiri dari formasi lengkap sehingga pertunjukan lebih sempurna.
-
Tujuan Pentas Tari Topeng Dinaan
1. Pergelaran Komunal
Pertunjukkan digelar agar masyarakat dapat berpartisipasi sehingga acaranya meriah. Pergelaran komunal biasanya diadakan lebih dari satu malam ditambah dengan acara arak – arakan dalang dan kesenian lainnya.
2. Pergelaran Individual
Pertunjukkan digelar untuk memeriahkan hajatan perorangan seperti pernikahan, khitanan ataupun jenis acara individual lain.
3. Pergelaran Bebarongan
Pergelaran ini adalah menyajikan atraksi tari topeng keliling kampung dari inisiatif sang dalang, misalnya ketika desa sedang gagal panen atau penduduknya makin sepi.
-
Properti Tari Topeng
Ciri khas dari Tari Topeng Dinaan adalah penggunaan properti berupa topeng kayu. Topeng kayu tersebut terbuat dari jenis kayu lunak, seperti dari kayu jaran.
Bagian mulut dari topeng kayu dilengkapi dengan sebilah kayu yang melintang sehingga dapat digigit sang penari. Proses pembuatan topeng ini sendiri cukup lama karena detailnya harus dikerjakan secara teliti.
Seorang seniman topeng profesional pun biasanya butuh waktu satu hari untuk menyelesaikan satu topeng. Pada setiap warna dan mimik di topeng ini menggambarkan berbagai sifat manusia yang berbeda – beda.
Sekian rangkuman mengenai sejarah dan makna Tari Topeng Dinaan yang merupakan kesenian asal Cirebon ini. Semoga bermanfaat!
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.