Tari Prawiroguno – Indonesia merupakan negara yang kaya akan keseniannya, salah satunya adalah kesenian tari. Kesenian tari di Indonesia sudah ada sejak masa kerajaan.
Namun, pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang, kesenian tari di Indonesia mulai mengalami kemunduran dikarenakan suasana yang tidak kondusif pada saat itu.
Kini setelah Indonesia merdeka, sudah saatnya kita sebagai generasi penerus bangsa untuk mengangkat kembali kesenian – kesenian tari yang ada di Indonesia.
Pada artikel kali ini, seringjalan.com akan membahas tentang kesenian Tari Prawiroguno yang berasal dari Boyolali, Jawa Tengah.
Perkembangan Kesenian Tari di Indonesia
Pada zaman kerajaan, kesenian tari merupakan sebuah ritual yang dilakukan untuk beberapa acara penting saja, seperti upacara adat, upacara keagamaan, penobatan raja baru, perkawinan, serta penyambutan tamu agung.
Namun seiring berkembangnya zaman, kesenian tari di Indonesia juga ikut berkembang dengan pesat.
Kini, tari di Indonesia tak lagi hanya seputar tari tradisional, akan tetapi ada pula dansa, tari balet, serta break dance yang digemari oleh anak – anak muda Indonesia.
Namun, sebagai warga negara Indonesia, kita tidak boleh serta merta melupakan tari tradisional dan tari adat yang berasal dari daerah karena mereka merupakan identitas kebudayaan bangsa.
Sejarah dan Makna Tari Prawiroguno
Tari Prawiroguno tercipta setelah masa penjajahan di Indonesia berakhir.
Tari ini bertema heroik dan kepahlawanan, menceritakan kisah tentang suasana perang antara rakyat Indonesia dan penjajah dimana dalam hal ini penjajah sudah mengalami kemunduran dan akan dikalahkan.
Karena tarian ini memiliki tema peperangan, gerakan para penari Prawiroguno bak seorang prajurit yang membawa pedang/samurai dengan tameng dengan gerakan berlenggok-lenggok seakan sedang bersiap-siap menyerang musuh.
Ada 3 kriteria penting yang harus dilakukan para penari ketika membawakan Tari Prawiroguno yakni Wiraga, Wirama, dan Wirasa. Wiraga berarti gerak seluruh anggota badan yg selaras.
Wirama merupakan aspek tari yang berkaitan dengan irama atau iringan. Sementara Wirasa merupakan penghayatan terhadap sebuah tarian.
Ada 6 gerakan inti yang terdapat di dalam Tari Prawiroguno yaitu maju beksan, beksan, sekaran, perangan, sekaran, dan mundur beksan.
Maju Beksan adalah gerakan pembuka dalam tari, sementara mundur beksan adalah gerakan penutupnya.
Gerakan inti dalam tari yang menggambarkan peristiwa peperangan terdapat di bagian perangan.
Kesenian Tari di Boyolali
Tidak hanya Tari Prawiroguno, Boyolali ternyata juga memiliki banyak sekali ragam kesenian tari lainnya, seperti:
1. Tari Turonggo Seto
Nama Turonggo Seto berasal dari dua kata yang masing-masing memiliki pengertian sendiri-sendiri.
‘Turonggo’ berarti kuda dan kata ‘Seto’ yang berarti putih. Dengan demikian Turonggo Seto mempunyai arti “Kuda Putih”.
Merupakan tarian yang bercerita tentang kisah Pangeran Diponegoro saat berperang melawan Belanda yakni dengan menunggang Kuda Putih.
Tari Turonggo Seto disajikan oleh tujuh belas penari laki-laki.
Satu penari berperan sebagai panglima dengan model busana yang berbeda, sedangkan enam belas penari berperan sebagai prajurit dengan menggunakan busana yang seragam.
Gerak pada Turonggo Seto bersifat dinamis dan gerak-gerak yang diperagakan saat menari merupakan perwujudan bentuk-bentuk gerak saat menunggang kuda, berlari, berperang dan mengadu kekuatan.
2. Tari Topeng Ireng
Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto artinya menata, lempeng berarti lurus, irama berarti nada, dan kenceng berarti keras.
Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi musik berirama keras dan penuh semangat.
Tarian ini sebagai wujud pertunjukan seni tradisional yang memadukan syiar agama Islam dan ilmu beladiri atau pencaksilat.
Tak heran, Topeng Ireng selalu diiringi dengan musik yang rancak dan lagu dengan syair Islami.
3. Tari Jaran Kepang
Tarian ini menggambarkan seorang yang trampil, gagah, berwibawa yang memiliki etos kerja tinggi seperti halnya mayoritas masyarakat Boyolali.
Tari ini tercipta dengan latar belakang peninggalan sejarah yang berwujud kuburan kuda jaman kuna di wilayah Boyolali.
Susunan gerak tari menampilkan semangat kuda. Kekuatan fisik diterapkan pada gerak kaki, ketrampilan gerak kuda divisualisasikan dalam tehnik penggunaan kuda kepang atau anyaman bambu.
Karakter kuda yang gagah tampil pada vokabuler gerak tari tradisi kerakyatan dengan gerak tubuh yang lebar.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.