Tari Polopalo – Gorontalo sebagai salah satu provinsi yang terletak di Pulau Sulawesi memiliki banyak kekayaan budaya, salah satunya adalah tarian tradisionalnya. Dari beberapa tarian tradisional itu, ada satu tarian bernama Tari Polopalo yang sudah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Gorontalo sejak abad ke-16.
Tari Polopalo atau dalam bahasa Gorontalo disebut Tidi lo polopalo berasal dari dua kata, yaitu tidi dan polopalo. Tidi artinya tarian khusus keluarga istana sedangkan polopalo merupakan alat musik tradisional gorontalo. Kata polopalo berasal dari nama alat musik khas Gorontalo sejenis idiofon (alat musik yang berasal dari dirinya sendiri). Alat musik ini digunakan untuk mengiringi Tari Polopalo. Polopalo terbuat dari bambu atau pelepah daun rumbia. Alat ini dimainkan dengan cara menggetarkannya (polopalo = bergetar).
Sejarah Tari Polopalo
Pada abad XVI (1524-1581 M), Gorontalo di bawah pemerintahan Raja Amai yang memiliki tiga orang anak, yaitu seorang putra bernama Matolodulakiki dan dua orang putri bernama Ladihulawa dan Pipito. Di zaman itu, setiap orang diberi kebebasan untuk menjadi hulubalang raja dengan syarat memiliki kemampuan dalam ilmu beladiri. Meeka diikutsertakan dalam sayembara untuk menjadi hulubalang raja. Selanjutnya oleh Matolodulakiki, sayembara menguji para pemuda itu diangkat menjadi salah satu tradisi yang hingga saat ini dikenal dengan sebutan Molapi Saronde. Hal ini menimbulkan kecemburuan pada dua orang putri raja. Mereka pun memohon izin raja untuk mengimbangi kemajuan laki-laki dengan menciptakan tarian yang dikenal dengan Tidi lo Polopalo. Melalui Tidi lo Polopalo, puti raja hendak menggambarkan kehalusan budi pekerti seorang wanita, keramah tamahannya serta pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang akan diembannya setelah berumah tangga.
Baca juga:
Makna Tari Polopalo
Berdasarkan alur cerita tariannya, Tari Polopalo merupakan tari tradisional yang mencerminkan pergaulan remaja, sehingga pada umumnya dipentaskan oleh remaja yang berusia antara 13-16 tahun. Namun secara lebih dalam, Tari Polopalo memiliki makna yang lain. Seperti yang telah disebutkan di atas, Tari Polopalo menggambarkan tentang kehalusan budi pekerti perempuan serta kepatuhannya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang akan diembannya. Tarian ini memiliki pesan untuk calon mempelai wanita agar dalam menjalani jenjang pernikahan bisa menunjukkan akhlak yang baik dalam kehidupan berumah tangga.
Syair dan Pengiring Tari Polopalo
Syair yang digunakan pada nyanyian yang mengiringi Tari Polopalo tidak dibagi dalam bentuk bait, melainkan syair tersebut ditulis secara bersambung. Bahasa yang digunakan dalam syair ini adalah bahasa Gorontalo. Sedangkan untuk musik pengiring, terdapat perbedaan antara Tari Polopalo tradisional dan Tari Polopalo modern. Untuk tari tradisional, hanya menggunakan alat polopalo yang dimainkan tunggal oleh penarinya. Sedangkan untuk tari modern menggunakan aransemen musik dan pemusik pengiring.
Perkembangan Tari Polopalo
Tari Polopalo kini sudah banyak mengalami perkembangan dan terbagi menjadi dua jenis: polopalo tradisional dan polopalo modern. Perbedaan antara keduanya terletak pada jumlah penari serta jenis alat polopalo itu sendiri. Polopalo tradisional penarinya tunggal dengan musik iringan yg dimainkan sendiri, sedangkan polopalo modern ditampilkan berkelompok dan menggunakan iringan musik aransemen. Seiring perkembangan zaman, alat musik polopalo mulai berubah untuk menyempurnakan alat musik tersebut. Perubahan tersebut adalah adanya tambahan alat pemukul yang terbuat dari kayu dan dilapisi dengan karet.
Pada zaman dahulu, Tari Polopalo digunakan di lingkungan istana. Namun saat ini masyarakat biasa telah dibolehkan melaksanakannya setelah memenuhi syarat yang diajukan terlebih dahulu. Persyaratan itu dikenal dengan mopodungga lo tonggu (membayar perizinan adat). Mopodungga lo tonggu harus dilakukan oleh penyelenggara tarian. Penyelenggara tarian harus menyerahkan sejumlah uang sesuai ketentuan adat yang berlaku kepada pemangku adat. Selanjutnya, uang tersebut diserahkan ke baitul maal untuk disimpan sebagai uang kas masjid atau lembaga adat.
Itulah pembahasan singkat tentang Tari Polopalo yang berasal dari daerah Gorontalo. Ternyata Tari Polopalo terlahir dari tekad dua orang putri raja yang menginginkan kesetaraan dengan laki-laki dan enggan hanya berada di belakang,. Mereka ingin ikut mempunyai andil di atas panggung, namun dengan rendah hati tetap siap menjalankan tugasnya sebagai wanita di dalam kehidupan berumah tangga.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.