Kali ini kita menuju Kalimantan Barat dimana daerah ini memiliki banyak ragam kekayaan budaya baik dari rumah adat, pakaian derah yang khas dan lain sebagainya.
Kalian pasti tahu salah satu kekayaan adat budaya Indonesia terwujud dalam bentuk tarian. Salah satunya adalah Tari Kondan dari Provinsi Kalimantan Barat.
Apa saja dan bagaimana asal usul serta sejarah Tari Kondan yang berasal dari provinsi yang berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia ini? Baca artikel ini sampai habis ya!
Asal Usul Tari Kondan
Tari Kondan adalah sebuah tarian khas yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak. Tarian ini dilakukan saat perayaan panen yang disebut Nosu Minu Podi yang artinya adalah panen raya padi.
Masyarakat Dayak mengenal tiga tahap proses penanaman padi yaitu pertama adalah menanam benih padi, kedua adalah nguma yang berarti membersihkan padi dari hama, dan ketiga adalah Nosu Minu Podi atau panen raya padi.
Tari Kondan dilakukan selain untuk rasa gembira atas panen yang didapat juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Penompa. Penompa adalah Tuhan yang disembah dan dipercaya oleh suku Dayak sebagai pencipta alam semesta.
Oleh masyarakat Dayak, Penompa disebut juga sebagai Jubata. Selain percaya pada satu Tuhan yang disebut Penompa, masyarakat Dayak juga masih mempercayai adanya roh halus dan makhluk halus yang memiliki pengaruh pada kehidupan masyarakat sehari-hari.
Sejarah Tari Kondan
Tari Kondan berawal dari kondan yang berarti nyanyian pengiring tari. Kondan sendiri berbentuk pantun.
Menurut penelitian, Tari Kondan sudah ada sejak sebelum masuknya Agama Islam ke Indonesia. Pada perjalanannya tari ini banyak dikenal oleh pemuda dan pemudi Dayak sejak tahun 1985.
Pada awalnya Tari Kondan dilakukan para penduduk selepas mereka bekerja di ladang atau sawah saat hari mulai beranjak gelap. Kemudian tarian ini terus berkembang mengikuti jenis pantun yang digunakan.
Tari ini dilakukan hanya saat merayakan kegembiraan atau suka cita, bukan pada saat berduka atau saat ada penduduk yang sakit.
Pada perkembangan di kemudian hari, tari ini sering dipentaskan di berbagai pertunjukan seperti pertunjukan adat, perayaan kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17 Agustus, dan tentunya saat panen raya padi.
Tata Cara Tari Kondan
Tari Kondan dilakukan dengan formasi berpasangan terdiri dari pemuda dan pemudi yang jumlahnya harus genap. Jumlahnya bisa empat, enam orang, delapan orang atau sepuluh orang.
Terdapat dua formasi dalam Tari Kondan ini yaitu bentuk melingkar dan bentuk formasi saling berhadapan.
Dalam formasi melingkar maka dilakukan gerakan berupa tujuh putaran searah jarum jam dibalas dengan tujuh putaran yang berlawanan jarum jam. Saat melakukan gerakan memutar ini di tengah tengah formasi ada sepasang penari muda mudi yang mempertunjukkan kebolehan mereka menari.
Sedangkan pada formasi berpasangan maka para penari pada tahap awal akan berhadapan satu sama lain. Posisi ini disebut sebagai Nyadep.
Saat di posisi ini mereka berkenalan satu sama lain sambil berbalas pantun yang dinyanyikan. Setiap percakapan dalam Tari Kondan selalu menggunakan metode ini.
Pantun pun digunakan terus selama prosesi Tari Kondan dipentaskan. Saat menari atau bernyanyi para penari sesekali akan diberi tuak. Tuak adalah minuman yang terbuat dari hasil fermentasi beras ketan.
Baca ini juga yuk!
https://seringjalan.com/6-tari-adat-tradisional-dari-kalimantan-tengah/
Gerakan Tari Kondan
Secara garis besar gerakan pada Tari Kondan lebih banyak berpusat pada gerakan di kaki dan tangan para penari. Gerak dasar tari memiliki tiga bagian yaitu nyompel, kondan, dan nobus.
Nyompel adalah ketika para penari duduk berhadapan kemudian meminum tuak yang dikomandoi oleh seorang tetua adat.
Bagian ini sekaligus juga menjadi ajakan untuk bersulang meminum tuak bersama-sama seluruh yang hadir di acara.
Kemudian gerak kondan adalah para penari masuk ke area pertunjukan lalu membentuk lingkaran.
Sedangkan gerak nobus adalah gerakan ketika penari wanita dan laki-laki menari berpasangan dalam lingkaran. Saat gerakan ini kemudian terjadi percakapan yang intim antara penari laki-laki dan wanita.
Percakapan ini dalam bentuk pantun yang saling balas membalas yang berisi pertanyaan seperti apakah nama si wanita, berapa umurnya, kemudian apakah sudah ada yang memiliki atau belum.
Mampir kesini juga ya! uniknya tari-mejeng-besuko yang harus kamu tahu
Alat Musik Pengiring Tari Kondan
Alat musik yang digunakan saat pentas Tari Kondan adalah gong, kenong, dan bedug. Biasanya gongnya berjumlah tiga buah, kenong delapan buah dan bedug satu buah.
Selain alat musik tentunya pantun yang saling berbalas juga menjadi pengiring tarian ini.
Kamu juga harus tahu nih : inilah daftar tari adat dari kalimantan utara yang indah
Kostum Tari Kondan
Karena asal tarian ini adalah saat merayakan panen maka tidak ada ketentuan baku yang menjadi tolak ukur kostum apa yang harus dipakai saat melakukan tarian ini.
Sehingga kostum bisa bervariasi tergantung dengan keadaan. Bila diadakan saat penyambutan tamu atau acara budaya, maka bisa menggunakan kostum adat khas suku Dayak.
Namun penari juga bisa menggunakan busana apa adanya tanpa tata rias saat tarian ini dilakukan untuk bersenang-senang di keseharian atau di ladang.
Perkembangan dan Tantangan Tari Kondan di Masa Kini
Di masa sekarang Tari Kondan mengalami tantangan berupa sedikitnya generasi muda yang berminat mempelajari secara khusus tarian ini.
Hal ini bisa dilihat dari mulai jarangnya generasi muda mempelajari alat musik pengiring Tari Kondan. Sehingga saat Tari Kondan dipentaskan sudah jarang menggunakan iringan musik tradisional.
Banyak dari pementasan tari yang menggunakan rekaman dari kaset, dan isinya pun bervariasi sudah bukan lagu yang berbentuk pantun lagi.
Hanya saja fenomena ini bisa dijadikan acuan untuk kemungkinan perubahan Tari Kondan menyesuaikan ke jaman sekarang agar bisa menarik lebih banyak peminat dari generasi muda.
Demikian pembahasan tari khas dari Kalimantan Barat ini. Semoga kalian bisa turut melestarikan kebudayaan daerah yang dimiliki Indonesia ya! Karena kebudayaan kita yang indah ini harus terus dilestarikan sampai anak cucu.
Sumber referensi:
dayakdreams.com, blogkulo.com, eprints.uny.ac.id
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.