Sejarah Dan Makna Tari Wayang Topeng – Banyak yang belum mengetahui bahwa Malang juga memiliki sebuah seni tari. Yak! Seni tari yang dimaksud adalah Tari Wayang Topeng.
Seperti namanya, Tari Wayang Topeng merupakan salah satu jenis pertunjukan tari yang penarinya menggunakan penutup muka dengan mengikatkannya di kepala dengan seutas tali.
Bentuk dari topeng yang dipakai sendiri menggambarkan karakter dan peran seperti Panji, Patih dan Klana dengan mengambil sumber dari cerita Panji.
Selain itu, Tari Wayang Topeng merupakan perpaduan antara wajah manusia dan wayang dengan pergerakan tari patah-patah. Gata patah-patah tersebut dikenal dengan Gaya Malangan.
Istilah gerak tari pada Tari Wayang Topeng umumnya disebut dengan Solah, yang artinya berwujud konstruksi gerak dengan memiliki ciri dan teknis sendiri.
Nah, bagaimana dengan sejarah dan makna Tari Wayang Topeng? Berikut ulasan dari kami untuk kamu.
Baca juga ya : inilah Sejarah dan Makna Tari Gandrung Banyuwangi yang harus kamu tahu
Sejarah Tari Wayang Topeng
Tari Wayang Topeng bisa dikatakan sebagai tradisi budaya dan religius masyarakat Jawa yang diketahui telah ada sejak abad ke 8 M.
Masa tersebut adalah masa kerajaan Kanjuruhan di bawah pimpinan Raja Gajayana.
Pada zaman tersebut topeng dibuat dari batu dan termasuk ke dalam bagian dari acara persembahyangan. Kemudian pada masa Raja Erlangga, tarian ini dikontruksi menjadi sebuah sajian seni.
Pertunjukan Tari Wayang Topeng juga mengambil cerita-cerita dari India, seperti kisah Mahabrata dan Ramayana. Hal ini disebabkan pada masa itu, perkembangan sastra didominasi oleh Sastra India.
Selain itu juga dikarenakan nenek moyang masyarakat Jawa pada masa itu masih menganut agama Hindu Jawa.
Wayang Topeng ini dipakai sebagai media komunikasi antara kawulo dan gusti, antara raja dan rakyatnya.
Perubahan cerita-cerita dalam Wayang Topeng bermula di zaman Kartanegara di Singasari.
Pada waktu itu cerita yang diambil dialihkan ke cerita-cerita Panji yang mengisahkan kepahlawanan dan kebesara kesatria Jawa, terutama masa Jenggala dan Kediri.
Beralihnya cerita di dalam kesenian ini adalah sebagai bentuk identitas kebesaran raja-raja yang pernah berkuasa di Tanah Jawa.
Adapun rekontruksi cerita Panji oleh Singosari adalah suatu kebutuhan untuk membangun legitimasi kekuasaan Singasari yang mulai berkembang.
Seiring waktu, Wayang Topeng berkembang pesat hingga masa kerjaan Majapahit sampai ketika agama Islam masuk ke Pulau Jawa.
Di masa ini, pembawaan Tari Topeng kembali berubah dan lebih difokuskan sebagai media dakwah dengan menampilkan cerita-cerita islami.
Kemampuan untuk menyerap segala sesuatunya dan membumikan dalam nilai kejawaan juga banyak terjadi tatkala Islam dan Jawa mulai bergumul dalam konteks Wayang Topeng.
Sunan Kalijaga pada masa Kerajaan Demak telah menciptakan topeng yang mirip dengan Wayang Purwa pada tahun 1586.
Topeng oleh Raden Wijaya digunakan sebgai media rekonsiliasi antara Kediri, Singosari, dan Majapahit dalam merebut kekuasaan.
Pasang surut mengiringi perjalanan kesenian Tari Wayang Topeng, hingga pada akhir abad XVII tercatat adanya Wayang Topeng dipertunjukkan di Pendapa Kabupaten Malang.
Saat itu Malang dipimpin oleh A.A. Surya Adiningrat atau Raden Bagoes Muhamad Sarib.
Jejak Tari Topeng di Malang
Pigeaud dalam bukunya “Javaanse Volksvertoningen” mengatakan bahwa Wayang Topeng sangat populer di Malang.
Bahkan waktu itu, Kepala Desa Pucangsanga dikenal juga sebagai penari topeng.
Pertumbuhan dan perkembangan wayang topeng di Malang adalah sebagai berikut :
- Penyebaran wilayah Malang Timur, melalui Kecamatan Jabung, dan Kecamatan Tumpang, yakni Desa Pucangsanga, Desa Precet. Selain itu juga Desa Glagahdawa dan Desa Tulusayu
- Penyebaran wilayang Malang Selatan di Kecamatan Pakisaji, yakni dukuh Glagahdawa dan dukug Karangpandan. Selain itu melalui Kecamatan Sumberpucung, yakni Desa Jatiguwi dan Desa Sanggreng.
Tokoh Dalam Tari Wayang Topeng
Tari Wayang Topeng, terutama di Malang terdapat beberapa tokoh yang setiap tokohnya memiliki karakter, sifat dan jenis gerakan yang berbeda.
Penokohan tari topeng terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu tokoh utama atau tokoh sentral, tokoh lawan, tokoh tritagonis, dan tokoh pembantu.
Tokoh Utama
Tokoh utama terdiri dari Raja Jawa, yaitu: Lembu Amiluhur, Dewi Sekartaji, Dewi Candrakirana, serta Gunung Sari.
Tokoh Lawan
Tokoh lawan merupakan tokoh jahat atau penghalang yang terdiri dari Raja Sabrang Prabu Klana Sewandana.
Tokoh Tritagonis
Tokoh ini terbagi menjadi beberapa kelompok lagi, yaitu tritagonis penengah, tokoh tritagonis pendukung protagonis, dan tokoh tritagonis pendukung antagonis.
Tokoh Pembantu
Tokoh pembantu juga terbagi menjadi tokoh pembantu netral, tokoh pembantu pendukung protagonis, dan tokoh pembantu pendukung antagonis.
Makna Tari Wayang Topeng
Tari Wayang Topeng sendiri memiliki banyak makna untuk kita pahami. Salah satunya adalah Tari Wayang Topeng memiliki makna sebagai persatuan.
Hal ini didasari bahwa pada zaman dahulu, tari ini diciptakan untuk mempersatukan Kerajaan Daha dengan Kahuripan melalui perkawinan.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.