Nama Kabupaten Pulang Pisau mungkin masih asing di telinga kebanyakan orang. Padahal kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah ini ternyata memiliki berbagai potensi tempat wisata yang menarik untuk dijelajahi. Mulai dari wisata alam hingga wisata budaya khas suku Dayak.
Di sebelah barat kabupaten ini berbatasan dengan Kota Palangkaraya dan di sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa. Kondisi geografis tersebut membuat Kabupaten Pulang Pisau memiliki potensi wisata alam yang terbentang dari kawasan hutan, rawa hingga tepi pantai. Kabupaten Pulang Pisau sendiri memiliki ibukota kabupaten dengan nama yang sama, yaitu Pulang Pisau.
Rumah Betang Buntoi Khas Pulang Pisau
Rumah Betang atau Huma Betang merupakan sebutan untuk rumah adat di budaya Dayak Kalimantan Tengah. Salah satu rumah betang yang masih dilestarikan hingga kini ada di Desa Buntoi, Kabupaten Pulang Pisang. Didirikan di tahun 1870, rumah betang ini sekarang dibuka untuk wisatawan umum.
Di halaman rumah ini pengunjung akan mendapati makam pemilik rumah yang berupa sandung atau tempat penyimpanan tulang orang yang sudah meninggal. Memasuki ke dalam bangunan, pengunjung bisa menemuka guci balanga, gong, lunju rabayang dan berbagai benda peninggalan suku Dayak lainnya. Sembari mengambil foto, wisatawan juga bisa mempelajari kebudayaan Dayak yang unik, ditemani dengan pemandu wisata setempat.
Taman Nasional Sebangau
Taman Nasional Sebangau berada di tiga wilayah, yaitu Kota Palangkaraya, Kabupaten Katingan dan Kabupaten Pulang Pisau. Luasnya sendiri mencapai 568700 hektar. Di sini pengunjung bisa mendapati hutan gambut serta beberapa sungai yang mengalir di dalamnya. Ada satu sungai yang menarik perhatian di sini, yaitu Sungai Koran yang berwarna kehitaman. Warna hitam ini dikarenakan dasar sungai Koran yang merupakan rawa gambut.
Selain itu, di Taman Nasional ini terdapat 808 spesies tumbuhan, 15 spesies mamalia, 182 spesies burung dan 54 spesies ular. Satwa primadona di Taman Nasional ini adalah orangutan, beruang madu dan bekantan atau monyet ekor panjang. Namun satwa-satwa ini hanya bisa ditemukan di momen-momen tertentu, apabila wisatawan sedang beruntung.
Pantai Cemantan
Pantai Cemantan adalah satu-satunya pantai di Kabupaten Pulang Pisau. Tepatnya di Desa Cemantan, Kecamatan Kahayan Kuala. Garis pantainya membentang sejauh 2,5 km. Jarak tempuh dari ibukota kabupaten sekitar 50 km, dengan waktu tempuh sekitar satu jam menggunakan speed boat, atau 4 jam jika menggunakan kelotok atau perahu motor sederhana. Sedangkan jika ditempuh melalui jalur darat, waktu tempunya mencapai 3 jam dari ibukota kabupaten. Namun kondisi jalannya sendiri masih terbilang menantang.
Di pantai ini wisatawan bisa menemukan pohon kelapa berbaris di pinggir pantai, kapal nelayan yang sedang sandar dan dermaga kayu sederhana. Air laut di sekitarnya terlihat berwarna kecoklatan. Di sini wisatawan juga bisa menikmati suasana matahari terbit dan matahari terbenam yang syahdu.
Danau Sabuah
Danau Sabuah berada di Desa Tuwung, Kecamatan Kahayan, Kabupaten Pulang Pisau. Lokasinya cukup strategis karena berada di jalur lintas provinsi. Jarak tempuh dari Kota Palangkaraya sendiri hanya tujuh kilometer dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Fasilitas yang tersedia diantaranya adalah gazebo, kamar mandi dan perahu rakit, dimana fasilitas tersebut merupakan peninggalan dari pihak swasta yang pernah mengelola tempat ini. Masyarakat sekitar memanfaatkan danau ini sebagai lahan mencari ikan.
Baca juga:
Taman Sumbu Kurung
Taman Sumbu Kurung merupakan taman kota kebanggaan warga Pulang Pisau. Taman ini berada di Jalan Tingang Menteng Pulang Pisau, atau di Kelurahan Pulang Pisau, Kecamatan Kahayan Hilir. Masyarakat sekitar banyak berkunjung untuk berjalan santai di sore hari, sembari menikmati semilir angin di pinggiran Sungai Kahayan. Ada juga yang datang untuk berfoto di depan lampu tulisan Taman Sumbu Kurung atau di depan ukiran etnik Dayak yang berwarna-warni.
Di sekitarnya ada beberapa penjual kaki lima yang bersiap menawarkan jajanan dan es kepada para wisatawan. Dengan fasilitas dan desain yang masih terbilang sederhana, pengunjung di taman ini masih tidak terlalu ramai. Untuk itu, pagelaran seni budaya tradisional pun beberapa kali diadakan di taman ini untuk menarik minat wisatawan.
Hutan Desa Tangkahen
Di tanah Kalimantan, telah banyak hutan yang beralih fungsi menjadi hutan produksi yang bisa dipanen kayunya. Namun hal tersebut tidak menyurutkan keinginan masyarakat untuk menjadikan hutan-hutan tersebut menjadi hutan alami seperti sedia kala. Program hutan desa pun menjadi salah satu solusi untuk merealisasikan gagasan ini. Salah satunya ada di hutan Desa Tengkahen, Kecamatan Banama Tingang.
Hutan di desa ini berangsur-angsur telah dikembangkan menjadi hutan desa dengan tema ekowisata. Untuk mendukung program ini, telah dibangun jalur tracking dalam hutan, rumah pohon hingga huma betang atau rumah panggung khas budaya Dayak Kalimantan Tengah. Kekayaan hayati hutan ini bahkan telah menarik perhatian turis mancanegara.
Di dalam hutan ini, wisatawan bisa menikmati suasana hutan hujan tropis yang masih terjaga. Selain itu di hutan ini juga terdapat beberapa satwa unik, tanaman obat-obatan dan beberapa tanaman langka. Untuk bisa menikmati keunikan hutan desa ini, wisatawan harus memiliki stamina yang prima. Karena untuk mencapai tempat ini, wisatawan perlu berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh, hingga menyeberangi Sungai Beringen dengan lebar 20 meter.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.