Tari Kethek ogleng adalah kesenian tari rakyat yang masih ada di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Kisah tari kethek ogleng adalah menceritakan seekor kera jelmaan Raden Gunung Sari untuk mengelabuhi penduduk dalam cerita Panji dalam upaya mencari Dewi Sekartaji hilang dari istana.
Dalam mengekspresikan tari kethek ogleng, gerak-geriknya meniru sekelompok kera putih dengan kelincahan, kebersamaan, semangat, kelucuan, dan atraktif.
Iringan tari kethek ogleng menggunakan instrumen gamelan jawa, alat perkusi tradisional, dan olah vokal yang tetap menghadirkan rasa dan nuansa kerakyatan.
Alunan iring-iringan tari kethek ini berbunyi kurang-lebih seperti ogleng, ogleng, ogleng.
Dari sanalah kemudian seni pertunjukan tari ini disebut kethek ogleng.
Pada 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan kethek ogleng menjadi salah satu dari Warisan Budaya Takbenda di Indonesia.
Baca Juga ya : Makna dan Sejarah Tari Ketuk Tilu
Sekilas Asal Usul Tari Kethek Ogleng
Tari kethek ogleng menyajikan gerak lucu kera putih dengan iringan musik gamelan riang menghentak dan bersifat menghibur.
Tari kethek ogleng terkenal di Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur dan di sebagian Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta.
Kethek ogleng adalah sebuah tari yang gerakannya meniru tingkah laku kethek.
Tari kethek ogleng ditarikan oleh masyarakat Desa Tokawi, Kecamatan Nawangan sudah bertahun-tahun dan dipentaskan di hajatan masyarakat setempat.
Tari kethek ogleng berasal dari cerita Kerajaan Jenggala dan Kediri.
Raja Jenggala memiliki putri bernama Dewi Sekartaji dan Kerajaan Kediri mempunyai putra bernama Raden Panji Asmorobangun.
Lalu Keduanya saling mencintai dan ingin membangun sebuah keluarga. Namun, Raja Jenggala ingin menikahkan Dewi Sekartaji dengan pria pilihannya.
Saat Dewi Sekartaji tahu akan dinikahkan dengan laki-laki pilihan ayahanya, dia diam-diam meninggalkan Kerajaan Jenggala.
Dewi Sekartaji berangkat di malam hari bersama beberapa dayang menuju arah barat.
Panji Asmorobangun mendengar berita hilangnya Dewi Sekartaji memutuskan untuk mencari Dewi Sekartaji.
Baca Juga ya : Asal Usul & Sejarah Tari Rancak Denok
Di perjalanannya, Panji Asmorobangun mampir ke rumah pendeta, kemudian Panji diberi wejangan agar pergi ke arah barat dan harus menyamar menjadi kera.
Di lain pihak, Dewi Sekartaji ternyata sudah menyamar menjadi Endang Rara Tompe.
Setelah Endang Rara Tompe berkelana, akhirnya rombongan Endang Rara Tompe beristirahat dan memutuskan untuk menetap di sana.
Ternyata kethek jelmaan Panji Amorobangun juga tinggal dekat dengan pondok Endang Rara Tompe, mereka pun bersahabat namun, mereka belum mengetahui identitas asli dari masing-masing mereka.
Setelah persahabatan mereka begitu kuat, mereka akhirnya membuka rahasia masing-masing.
Endang Rara Tompe mengubah bentuknya menjadi Dewi Sekartaji, begitu juga dengan kethek mengubah dirinya menjadi Raden Panji Asmorobangun.
Perjumpaan mereka diliputi perasaan haru dan bahagia serta sepakat kembali ke Kerajaan Jenggala untuk menikah.
Sejarah Tari Kethek Ogleng
Ada beberapa versi tentang sejarah tari kethek ogleng dari masing-masing daerah, misalnya di Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
Di Pacitan, tepatnya di Desa Tokawi, Kecamatan Nawangan, kethek ogleng diciptakan oleh Sutiman, seorang petani, pada 1963. Saat itu, umur Sutiman baru 18 tahun.
Penampilan tari kethek ogleng pertama kali dilaksanakan di hajatan pernikahan pada akhir tahun 1963, atas permintaan Kepala Desa Tokawi saat itu yang bernama Haryo Prawiro.
Atas persetujuan Bupati RS Tedjo Sumarto pada tahun 1964, Dinas Pendidikan meminta Sutiman agar tari kethek ogleng dibuat berlatar cerita rakyat Panji Asmorobangun.
Khusus di Kabupaten Wonogiri, tari kethek ogleng sudah dijadikan ikon atraksi budaya dan pariwisata.
Namun Versi sejarah tari kethek ogleng di Kabupaten Wonogiri yaitu tari kethek ogleng diciptakan oleh warga Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah bernama Darjino yang kemudian disempurnakan oleh Suwiryo.
Suwiryo mengubah gerakan menyerupai gerakan kera yang ternyata sangat disukai oleh masyarakat.
Setelah Suwiryo meninggal, tari kethek ogleng diteruskan oleh Sukijo dan menjadi salah satu ikon Kabupaten Wonogiri.
Tidak diketahui secara pasti kapan tarian ini diciptakan.
Cerita tari kethek ogleng diilhami dari legenda Raden Panji Asmorobangun dan Dewi Sekartaji yang di dalamnya terdapat cerita tentang kethek.
Tari kethek ogleng sangat disukai oleh masyarakat sampai akhirnya meyebar ke seluruh kecamatan di Kabupaten Wonogiri dan menjadi ikon dari kabupaten ini.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.