Tapi Ingat Pulang

Tari Adat

Makna dan Sejarah Tari Pattennung

Tari Pattennung. Foto: instagram / muri_org

Tari Pattennung. Foto: instagram / muri_org

Tari Pattennung merupakan tari tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan. Provinsi ini sendiri memiliki kekayaan adat budaya yang sangat tinggi.

Hal ini bisa kita lihat dari adanya ratusan jenis tarian yang pernah tercipta.

Tari-tarian ini umumnya terbagi menjadi empat berdasarkan suku asalnya, yaitu Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Masing-masing tarian memiliki ciri khasnya tersendiri.

Tarian Bugis pun banyak macamnya, bahkan disebut-sebut berjumlah hingga 98 jenis tarian. Kali ini, mari kita simak mengenai Tari Pattennung.

Makna Tari Pattennung

Tari Pattennung. Foto: instagram / muri_org

Tari Pattennung. Foto: instagram / muri_org

Tari Pattennung menceritakan perempuan-perempuan Bugis yang sedang menenun benang menjadi kain.

Hal ini sesuai dengan arti kata pattennung yang artinya pembuat sarung sutra di kebudayaan Bugis.

Kata pattennung ini juga diambil dari bahasa suku Bugis dan Makassar.

Prosesi menenun ini umumnya dimulai dengan mappali atau memintal benang, kemudian massau atau memasukkan benang sehelai demi sehelai ke alat tenun, lalu proses menenun sehingga menjadi sebuah sarung.

Kain sarung yang dihasilkan disebut dengan Lipa Sabbe. Kain ini biasanya dikenakan di berbagai upacara adat, seperti acara pernikahan maupun pemakaman.

Tarian ini mengisyaratkan kesabaran, ketekunan dan ketelitian perempuan-perempuan Bugis dalam menenun.

Melambangkan kesabaran karena kain tenun membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembuatannya.

Juga melambangkan ketelitian karena penenun harus memasukkan 960 lembar benang sutra ke dalam sissiri atau salah satu bagian utama alat tenun yang sangat tipis.

Baca juga 6 Tari Adat Tradisional dari Sulawesi Selatan

Sejarah Tari Pattennung

Menarikan Tari Pattennung. Foto: instagram / muri_org

Menarikan Tari Pattennung. Foto: instagram / muri_org

Tarian ini dikreasikan oleh Andi Siti Nurhani Sapada. Beliau adalah seorang seniman asal Parepare, Sulawesi Selatan.

Sebagai penggiat kesenian, telah banyak jenis tarian yang telah beliau ciptakan.

Antara tahun 1952 hingga 1985, beliau aktif mengolah, membina dan menciptakan kreasi seni tari Sulawesi Selatan, yang kemudian ditampilkan di acara peringatan Proklamasi di Istana Negara.

Diantaranya adalah Tari Pattennung, Pakarena, Pattuddu, Padendang, Bosara dan lain sebagainya.

Tari Pattennung sendiri diciptakan tahun 1962 dan sangat populer di tahun 1965 hingga 1975.

Tari Pattennung ini bahkan telah banyak dipentaskan di berbagai negara sejak saat itu.

Ketentuan Tari Pattennung

Tari Pattennung umumnya ditampilkan oleh gadis berumur 15 sampai 22 tahun. Tidak ada ketentuan jumlah penari dalam kesenian ini.

Kelompok gerakkan dalam tari Pattennung ini mewakili lima tahap proses menenun, yaitu gerakkan mappali, gerakkan mappettu wennang, gerakkan massau, gerakkan mattennung, dan gerakkan maleppi lipa (melipat sarung).

Aksesoris yang digunakan oleh penari diantaranya tigero tedong (gelang), geno mabbule (kalung bersusun), pinang goyang, simataya, bangkara (anting-anting), patteppo (bando) dan bunga-bunga.

Riasan penari dibuat sederhana dan tidak terlalu berlebihan. Hal ini menggambarkan kesederhanaan wanita-wanita Bugis, namun tetap anggun.

Riasan Sederhana Penari Pattennung. Foto: instagram / muri_org

Riasan Sederhana Penari Pattennung. Foto: instagram / muri_org

Kostum yang digunakan adalah pakaian adat khas Sulawesi Selatan, yaitu baju bodo dan lipa sabbe  atau sarung sebagai bawahan.

Baju bodo yang digunakan sendiri sebenarnya memiliki aturan warna berdasarkan usia dan status sosial si penari.

Namun kini aturan ini lebih longgar dan lebih disesuaikan dengan kebutuhan penari.

Properti tari yang digunakan berupa sarung Lipa Sabbe yang diselipkan pada sarung penari sebelah kiri.

Sedangkan musik pengiringnya berupa instrumen tradisional yaitu suling, gendang dan kecapi.

Alunan musik kecapi inilah memperkuat suasana menenun, terutama pada gerak mappettu wennang (benang putus) yang diiringi irama kecapi lagu daerah Masaalla.

Sedangkan pada gerakkan massau diiringi irama kecapi lagu daerah Ongkona Ne Mallomo.

Baca juga Makna dan Sejarah Tari Ronggeng Bugis

Pagelaran Tari Pattennung

Tari Pattennung biasanya diadakan dalam acara penyambutan tamu-tamu agung atau tamu resmi.

Terkadang setelah pementasan tari, tamu-tamu tersebut juga dihadiahi Lipa Sabbe sebagai cinderamata.

Hal ini sebagai bentuk penghormatan dan rasa kekeluargaan yang mendalam.

Tari Pattennung Massal. Foto: instagram / muri_org

Tari Pattennung Massal. Foto: instagram / muri_org

Selain itu, pada Februari 2018, diadakan acara pemecahan rekor MURI dengan mengadakan pentas Tari Pattennung yang dilakukan oleh 3058 penari.

Jumlah ini adalah jumlah penari terbanyak dalam pementasan Tari Pattenung.  Acara ini diadakan dalam rangka hari jadi Kabupaten Barru ke-58.

Leave a Reply